*Lukisan Kawah Putih Karya Franz Wilhelm Junghuhn (1856) |
Keindahannya memang sudah tidak diragukan lagi. Kawah putih sejatinya adalah sebuah kawah dari Gunung Patuha, gunung yang sebagian orang menjulukinya gunung Pak Tua tersebut memiliki puncak tertinggi sekitar 2.434 mdpl (meter di atas permukaan laut). Bisa jadi penamaan ‘Patuha’ mungkin berasal dari julukan ‘Pak Tua’. Julukan ‘Pak Tua’ disematkan karena oleh masyarakat sekitar dipercayai umur gunung tersebut sudah sangat tua.
Keindahan
Kawah Putih pertama kali tersingkap pada tahun 1837 oleh Junghuhn sang peneliti
dan penjelajah di masa penjajahan Belanda yang berjuluk “Humbolt untuk Pulau
Jawa”. Saat itu ia sedang melakukan perjalanan di sekitar Gunung Patuha yang
saat itu masih sangat sunyi dan angker. Saat Junghuhn beristirahat dan melihat sekitar
Gunung Patuha, ia pun sedikit bingung karena tak ada satupun burung yang
melintas di atas gunung tersebut. Menurut pengantarnya, kawasan tersebut memang
sangat angker sehingga bisa dikatakan burung pun enggan melintas di atasnya.
Karena Junghuhn tidak percaya hal-hal seperti itu dan penasaran, ia pun nekad
untuk melihat sendiri keadaan gunung. Sesampainya di kaki gunung, bukan
ketakutan dan keangkeran yang Junghuhn temui malah sebuah kawah indah yang
membuatnya tertegun. Junghuhn pun tersadar bahwa kenapa burung enggan melintas
di atas gunung tersebut karena burung-burung menghindar uap air kawah putih
yang memilki kadar belereng yang cukup tinggi.
Gunung
Patuha sendiri digolongkan menjadi tipe B. Muncul ke permukaan bumi pada saat
Dataran Tinggi Bandung masih menjadi samudera. Saat itu roman kulit bumi masih
mengalami perubahan-perubahan yang signifikan, pelipatan dan pembentukan
gunung-gunung api. Nah, salah satu gunung api yang terbentuk di msa itu adalah
Gunung Patuha. Patuha muncul dari sebuah permukaan dasar samudera sehingga
melahirkan dataran baru yang membentang dari daerah Ciwidey hingga Pangalengan.
Ada
pula yang mengibaratkan Gunung Patuha sebagai manusia, sehingga selain disebut
Gunung Pak Tua, disebut pula Gunung Sepuh, sepuh dalam bahasa sunda halus
berarti tua. Gunung Patuha menurut catatan sejarah pernah dua kali meletus
hebat. Letusan pertama terjadi pada sekitar abad ke-10 dan menyebabkan
terbentuknya kawah di bagian barat. Kawah tersebut lalu mengering dan
masyarakat sekitar lalu menamainya Kawah Saat, saat dalam bahasa sunda berarti kering. Letusan kedua, berselang
berabad kemudian, sekitar abad ke-13, letusan kali ini menghasilkan sebuah
kawah indah yang sekarang kita kenal sebagai Kawah Putih. Dinamai Kawah Putih,
karena kawah tersebut dominan berwarna putih dan sesekali air kawah bisa
berubah warna menjadi hijau atau kebiru-biruan.
Di
salah satu puncak Gunung Pak Tua yang diberi nama Puncak Kapuk, terdapat makam
leluhur yang dikeramatkan yang dalam waktu-waktu tertentu sering diziarahi.
Makam-makam tersebut antara lain Eyang Jaga satru, Eyang Rangsa Sadana, Eyang
Camat Eyang Jambrong, Eyang Barabak dan lain-lain. Konon bila kita melihat
sekawanan domba berwarna putih, masyarakat sekitar percaya bahwa kawanan
binatang yang dijuluki domba lukutan
tersebut adalah jelmaan dari arwah leluhur, percaya? (satubumikita)***
Sumber
utama, buku: Jendela Bandung Pengalaman Bersama Kompas; Karya Her Suganda;
Penerbit Kompas; Cetakan kedua, Januari 2008.
*Foto: wikipedia.org
tag: Gunung Pak Tua di Selatan Bandung, kawah putih, gunung patuha, bandung, legenda patuha, legenda kawah putih, sejarah, junghuhn, puncak kapuk, makam eyang jaga satru
*Foto: wikipedia.org
tag: Gunung Pak Tua di Selatan Bandung, kawah putih, gunung patuha, bandung, legenda patuha, legenda kawah putih, sejarah, junghuhn, puncak kapuk, makam eyang jaga satru
Ndy _ Gtu to mas tntang kwah putih n Gn.Patuha..
BalasHapuskalo untuk jalur pendakian nya bagaimana.? atau memang cuma sampai kawah putih saja.? atau ada jalur khusus untuk pendakian.? mohon infonyaaa.... ^.^
BalasHapus