Curug ciomas di maribaya, doc tahun 2010 |
Maribaya, bila menyebut nama kawasan itu, yang terngiang di pikiran orang Bandung pada umumnya mungkin adalah sebuah tempat wisata alam yang memilki panorama serta alam yang masih hijau. Memang begitu adanya, tapi sebelum jadi tempat wisata, konon menurut cerita di
zaman dahulu kawasan itu adalah tempat biasa yang di huni oleh seorang
petani miskin bernama Eyang Raksa Dinata. Rumahnya gubuk dari bilik
bambu dengan atapnya yang terbuat dari alang-alang. Keluarga itu punya
seorang anak gadis yang cantik jelita, namanya Maribaya.
Melihat
kecantikan anak gadisnya yang semata wayang itu, sang bapak khawatir
banget kalo anaknya nanti jadi rebutan para pemuda di daerah itu.
Saking terpesona oleh kecantikannya, pemuda-pemuda di kampungya sering
cekcok sehingga sewaktu-waktu bisa terjadi pertumpahan darah. Si
bapak pun dapat ilham setelah merenung, kemudian dia pun pamit pergi
meninggalkan anak istrinya itu menuju ke Gunung Tangkubanparahu.
Setelah sampai di Tangkubanparahu, ia pun memilih tempat untuk bertapa
yang tidak jauh dari bibir kawah ratu. Pas suatau malam, lagi
asyik-asyinya bertapa ia pun didatengin seorang kakek yang memberinya 2
buah bokor yang berisi air. Menurut kakek misterius itu, salah satu
bokor tersebut harus di bawa ke arah barat dan sebuah lagi ke arah
timur. Jika sudah sampai di tempat yang dituju, air dalam bokor itu
harus ditumpahkan.
Setelah
dapet ilham itu, singkat cerita ia pun menembus lebatnya hutan
belantara kaki Gunung Tangkubanparahu, setibanya ditempat yang dituju,
air dalam bokor itu pun ditumpahkan di daerah yang sekarang dikenal
sebagai Situ Lembang. Sementara bokor yang satu lagi di bawa pulang ke
rumah. Setibanya di rumah, ia meminta anaka gadisnya untuk menumpahkan
air dalam bokor tersebut tidak jauh dari rumahnya itu.
Beberapa
hari kemudian, kejaiban muncul di tempat dimana air dalam bokor itu di
tumpahkan yaitu muncul mata air panas. Makin lama, genangan air panas
itu makin luas sehingga memebentuk sebuah kolam air panas. Cerita
terbentuknya kolam air panas itu segera cepat beredar di kalangan
masyarakat sekitar. Apalagi konon air panas tersebut berkhasiat
mengobati berbagai penyakit terutama penyakit kulit. Tempat itu pun jadi
rame dikujungi pendududk sekitar yang mau berendam di kolam air panas
itu. Nah, biasanya setelah orang-orang berendam, mereka suka
melemparkan uang logam (koin) ke dalam kolam sebagai imbalan.
Tiap
sore sesudah sepi, petani miskin itu pun rajin ngumpulin koin dari
dasar kolam. Dan setelah cukup lama ngumpulin koin itu singkatnya
keluarga itupun hidup berkecukupan. Eyang Raksa Dinata yang sebenarnya
hanya ingin menghindari pertumpahan darah di kampungnya, malah
mendapat berkah kekayaan setelah mengelola sumber air panas mineral
yang dapat dipergunakan untuk pengobatan itu. Sejak mulai dikembangkan
sekitar tahun 1835 oleh Eyang Raksa Dinata, ayah Maribaya, objek
wisata itu berhasil mengubah kehidupan Eyang Raksa Dinata yang
sebelumnya hidup miskin, menjadi berkecukupan. Banyak orang yang
berkunjung ke tempat tersebut. Kolam air panas itu kemudian
diwariskan kepada Maribaya, sehingga daerah itu terkenal dan dinakaman
Maribaya seperti nama Mojang Cantik itu. Percaya dengan legenda tersebut? (satubumikita)***
Sumber referensi :
- Jendela Bandung, Pengalaman Bersama Kompas (Her Suganda)
- http://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-barat/curug-omas---bandung-barat
Tag: legenda maribaya, lembang, legenda, satubumikita, artikel, tulisan, maribaya, curug ciomas, bandung
apa legenda ini benern kjadian ato cman dongeng doank min.? :)
BalasHapusiya ayoo ke bandung mas, komunitas kami kebtulan ada acara nih. :)
BalasHapusApa amanat dari dongeng sangkakala maribaya?
BalasHapus