Penulis / Notulensi : Dini Rusmiati
(‘secawanpelitalangit’)
Kegiatan
rutin bulanan Ngobrol sore dari Pusataka Tropis Wanadri kali ini dibuat berbeda dengan mendatangkan
narasumber-narasumber dari bidang ahlinya dan sekaligus peluncuran sebuah buku
perjalanan. Terbagi ke dalam tiga sesi
panel yang saling berhubungan dengan tema besar yaitu tentang “Literasi
Untuk Negeri” yang dibuka dengan sesi 1 yang di moderatori oleh Adis
“Mimba”, pengenalan dari Komunitas Pecandu Buku dan 1000Jendela.
Diwakili
oleh anggotanya yaitu Yuli & Tessa menjelaskan mengenai Komunitas Pecandu
Buku yang awalnya digagas dari Fiersa Besari (musisi) dan Aulia Angesti pada 18
Juli 2015 dengan tujuan untuk menyebarkan virus membaca pada anak muda. Saat
ini PB memiliki anggota yang tersebar di Bandung dan beberapa kota lain bahkan
di luar negeri seperti Taiwan. Untuk
keanggotaan PB memiliki 2 jalur yaitu dengan jalur donatur dengan menyumbangkan
buku untuk perpustakaan PB yang bisa dipinjam dan dengan jaur pengulas yaitu
memberikan ulasan dari buku yang nantinya akan disaring untuk kemudian di
publish di official Instagram PB. PB bertempat di Buah batu tepatnya di Ruangan
Imajinasi yang sekaligus menjadi base camp untuk perpustakaan, tembat sharing
kegiatan bahkan diskusi.
Selama 1 tahun ini PB rutin
melaksanakan kegiatan yang dinamai “ Pecandu Buku Bersila” yang merupakan
kegiatan turun ke lapangan dengan buka lapak baca dalam rangka mengajak anak
muda untuk mulai lagi membaca buku, kegiatan ini sudah dilaksanakan 5 kali sebagai kegiatan bulanan. Dari kegiatan
Pecandu Buku Bersila dihasilkan beberapa karya seperti buku Surat Untuk
Februari yang berisi puisi terpilih dari sayembara yang diselenggarakan dan ada
juga seminar jurnalistik untuk pelatihan kepenulisan. Selain itu, dalam
keanggotaan intern sendiri sering diadakan sharing
session dengan mengulas sebuah buku atau membahas topik yang sedang hangat
dibicarakan publik, dan yang terakhir diadakan kegiatan di alam (outdoor) yang
membahas tentang korelasi antara buku yang juga berdampak pada lingkungan.
Perlu diketahui sebenarnya minat baca buku pada anak muda itu bukan menghilang
melainkan mulai bergeser dengan kegiatan membaca time line, portal online,
stalking social media dll. Oleh karena itu Pecandu Buku hadir sebagai angin
segar yang memfasilitasi sekaligus mengajak anak-anak muda mulai beralih
kembali untuk membaca
buku.
Pertanyaan yang muncul kenapa harus
baca buku toh di portal online juga kita bisa baca juga kan?
Yuli & Tessa menuturkan “Di dalam buku memiliki 3 hal penting yang
tidak bisa di dapat dari membaca portal online atau semacamnya, terdapat Ejaan Bahasa Indonesia, memiliki struktur
kepenulisan dan perbendaharaan kata yang kaya. Sebuah buku yang dicetak
akan mengalami proses editing maka ketiga hal tersebut sudah pasti ada dalam
buku, lain halnya dengan portal online atau social media yang kebanyakan
merupakan pendapat atau opini yang subjektif tanpa memperhatikan 3 hal yang
disebutkan sebelumnya.”
Tips dan trik yang dibagikan
untuk mulai membaca dan menenkuninya diantaranya:
1. Hilangkan
mainset kalau membaca kegiatan orang culun karena bisa dikatakan kalo orang
yang suka membaca itu “ The New Sexy”
2. Buatlah
quote atau kutipan dari buku yang tentu disebutkan nama pengarangnya sehingga
menarik perhatian, secara tidak langsung untuk memperkayanya kamu akan membaca
buku bukan..
3. Banyak-banyaklah
meulis karena “menulis sudah pasti membaca tapi membaca belum tentu menulis”
***
Masih
di sesi yang sama dilanjutkan oleh Kak Roroanindya dan Kak Melati yang
merupakan perwakilan dari 1000Jendela Regional Jawa Barat, apa itu 1000Jendela?
1000jendela
merupakan sebuah inisiatif dari pendidik muda bernama Ria Ilham yang memiliki
impian untuk menggali minat baca anak-anak pribumi di sekitar daerah Kabupaten
Kolaka, Sulawesi Tenggara. Sekilas tentang Kolaka ini merupakan derah pesisir
yang merupakan satu-satunya akses utama menuju Kota Kediri yang saat ini sudah
menjadi kota berkembang, beda jauh dengan Kolaka yang secara ekonomi masih
dibawah rata-rata penghasilan masyarakat kota, umumnya masyarakat bekerja menjadi
nelayan dan selebihnya menjadi buruh lepas atau pedagang asongan. Keadaan
tersebut menjadikan sektor pendidikan bagi putra – putri daerah terabaikan
karena menurut mereka tanpa sekolah pun jika sudah bisa menghasilkan uang itu sudah
lebih dari cukup, ya melihat kenyataan bahwa penghasilan menjadi nelayan saat
ini di Indonesia merupakan penghasilan terendah dibanding kota-kota di negara
lain menjadikan seuah problematika yang mendasar juga kenapa masyarakat Kolaka
masih banyak yang tidak mengenyam pendidikan apalagi anak-anak. Untuk itu Ria
Ilham bersama 1 rekannya yang lain mewujudkan inisiatif untuk membuka lapak
baca yang rutin dilakukan 1 kali/pekan di Kolaka, lokasi peroustakaan
1000Jendela ini sampai saat ini masih berada di Pelataran Mesjid Agung Khaerah
Ummah Kolaka, Sulawesi Tenggara. 1000Jendela kini sudah berjalan selama 3 bulan
dari awal mulai Maret 2016 – sekarang, masih dikategorikan baru namun sudah
memiliki beberapa regional yang mungkin selanjutnya masih akan bertambah lagi
diantaranya:
1. 1000Jendela
Regional Jawa Barat, dikhususkan menyalurkan buku-buku hasil donasi untuk
daerah Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara
2. 1000Jendela
Regional Jawa Timur, dikhususkan untuk menyalurkan buku-buku hasil donasi untuk
daerah Kabuaten Tretes dan Nulelo di kaki gunung Merbabu.
3. 1000Jendela
Regional Jawa Tengah, dikhususkan untuk menyalurkan buku-buku hasil donasi
untuk daerah Cirebon.
1000Jendela
akan menyalurkan buku-buku baru/bekas layak baca untuk anak-anak, alat-tulis
(buku tulis, pupen, pensil, rak buku, papan berjalan dll) yag sebelumnya akan
di sortir terlebih dahulu karena tidak semua buku layak baca untuk anak-anak,
tapi hasil donasi buku yang tidak sesuai konten ini tidak akan dibuang
melainkan akan disaurkan ke regional lain yang membutuhkan. Hanya saja kami
menyarankan untuk buku-buku pelajaran. Selain itu karena masih baru tentu kami
sangat menerima ide-ide atau gagasan baru yang akan membatu pergerakan kami
atau mungkin yang tahu daerah di sekitarnya yang sangat memerlukan perhatian
dari segi pendidikan sudah pasti akan kami perhatikan dengan melakukan survey
terlebih dahulu.
Kak Roroanindya menuturkan sebenarnya selama ini masih ada
kendala yang dihadapi seperti kendala dari sarana prasarana yang masih berada
si Pelataran Mesjid jadi buku-buku yang ada belum bisa disimpan di rak buku dan
dari pihak pengurus mesjid pun tidak mau memfasilitasi, antusiasme
pemuda-pemuda (mahasiswa) di sekitaran daerah Kolaka masih sangat kuran dan
tidak peduli dengan kondisi ini masih banyak lagi sebenarnya..
Selain itu dalam gelaran yang akan
kami buat yaitu “ PESTA BUKU ANAK INDONESIA-buku untuk anak Indonesia” juga
merupakan bagian dari 1000Jendela untuk memfasilitasi teman-teman yang mau
berdonasi buku bagi adik-adik di Kolaka atau daerah lainnya.
Adapun contak person 1000Jendela
yang bisa dihubungi:
Phone : 085624898814 (donasi)
Fb : Anarki reg Jabar (PESTA
BUKU ANAK INDONESIA)
Dropbox Donasi Buku : Pustaka Tropis Wanadri, jalan
Batik Jonas No.11
***
Sesi
ke-2 dilanjutkan dengan panel 3 Narasumber dari penerbit – penerbit buku
diantaranya dari Epigraf, Mizan dan Kompas. Unu Mihardja yang menjadi moderator
kali ini mengawali sesi dengan pemaparan dari Bapak Danil Mahendra yang
merupakan sorang penulis sekaligus pemilik dari penerbitan Epigraf (indie
publishing).
Secara
singkat diterangkan bahwa Epigraf merupakan penerbitan indie yang dibangunnya
di 2016 yang kemudian mulai menerima naskah dan menerbitka bebrapa buku. Epigraf
hadir sebagai wadah bagi para penulis yang memiliki kelayakan naskah namun
dalam hal penerbitannya mulai dari editing, print out, marketing dan publishing
nya di tangani sendiri serta dari keterbatasan budget yang seringkali juga
dihadapi dengan menyiasati sistem Print On Demand (POD) sesuai permintaan tetap
dapat di cetak.
Dilanjutkan oleh Bapak Dudung
yang sampai 16 tahun menjadi Editor senior dari penerbitan Mizan, Mizan
merupakan penerbitan yang banyak mengeluarkan buku-buku nonfiksi dan pendidikan.
Secara garis besar beliau memaparkan tentang proses penerbitan dan penjaringan
naskah yang saat ini menjadi kesulitan bagi para penulis dalam menghadapi
penerbit-penerbit mayor. Hal ini terjadi karena penerbit mayor seperti Mizan
merupakan penerbit yang pro pasar artinya naskah-naskah yang akan diterima suda
pasti secara kriteria melihat dari permintaan pasar.
Bagaimanakah menjaring naskah?
Dari beberapa naskah yang
diterima seperti berikut:
1. “Laskar Pelangi” : naskah dikirim
lewat pos ke rekanan penerbitan Mizan di Yogyakarta, judulnya saat itu
masih “komedi putar” setelah diterima
beberapa naskahnya diberi masukan sehingga Andrea Hirata penulisnya ini
mengganti judulnya dengan Laskar Pelangi karena yang diambil dari sekumpulan
anak di Gantong.
2. Djalaludin
Lukman : penerbit jemput bola
mendatangi penulis
3. Mengumpulkan
tulisan-tulisan di kolom penulis, misalkan kolom Amin Rais di kompas.
4. “Dunia Sophie” :Berburu buku di publisher weekly
5. Mengunjungi
pameran buku internasional
6. Bekerja
sama dengan agen naskah
7. Dijaring
dari workshop kepenulisan atau lomba seperti “Antitesa”
8. Orang
yang punya ide, followersnya banyak, mempunyai fans yang banyak biasanya jarang
yang bisa menulis tapi dari segi pasar bisa dijadikan bahan naskah, bisa
menggunakan jasa ghost writter.
Adapula perilaku buku laku di
Mizan:
1. “Osama
bin Laden melawan Amerika” : dicetak 150 eksemplar tipe buku biasa tapi yang
menjadikannya booming adalah peristiwa 11 september.
2. “Udah
putus aja!” Felix Y.Siauw :
dicetak 120 eksemplar tipe buku bagus, desain ide bagus, penulisnya punya
followers banyak
3. “Dilan
1 dan Dilan 2” Pidi Baiq : dicetak
berulang-ulang, tipe uku bagus, gaya penulisan yang berbeda, punya followers
banyak dan punya komunitas
Kriteria buku bagus dari penuturan
Bapak Dudung diantaranya:
a. Judul,
subjudul, sinopsis, terstimoni, desain cover
eye catching
b. Desain
isi menarik
c. Teks
diolah, tidak asal, font diperkirakan, berwarna
Menurut Dr. (HC) Adjat Sakri
(ITB)
Sebuah naskah harus memiliki:
-
Keterdasan : keterbahasaan dari segi bahasa
-
Kejelahan : kejelasan dari segi typografi
-
Dll
Sekaitan
dengan yang dipaparkan editor Mizan, Bapak Yunus (koordinator redaksi Kompas
Gramedia) menjelaskan lebih detil dan mendalam tentang penerbitan. Diawali
dengan sedikit menjelaskan bahwa Kompas Gramedia salah satu dri 8 perusahaan bagian dari
Gramedia. Langsung ke pembahasan yang
utama fenomena yang terjadi di Indonesia 3 terbesar pangsa pasar buku ada pada
gendre Novel, Agama dan buku sekolah, dibawahnya pada buku humaniora, sejarah,
serta biografi yang meruupakan ruang lingkup dari Kompas Gramedia.
Beberapa ragam buku umumnya:
1. Ragam
Ensiklopedis :
-
Titik berat
pada informasi faktual
-
Geospasial
-
Statistik dll
Misalnya buku traveling “Aceh”,
“Morowali” dll
2. Ragam
Jurnalistik :
-
A-z, artinya
di runut dari awal hingga akhir lengkap (waktu, biaya, & istilah dll)
-
Karakteristiknya
seperti laporan ensiklopedi
Misalnya buku ekspedisi
3. Ragam
cerita foto :
-
Memuat momen
yang penting
-
Mampu
bercerita dan dikenali isi fotonya
Misalnya buku potret Darwis
Triadi dan Arain Rambey
4. Ragam
Jurnal Perjalanan :
-
Pengamatan
sangat dalam
-
Data yang
dihadirkan valid
Misalnya buku “Malay Archipelago”
1869-sekarang
Buku yang diulas dan sampai saat
ini masih menarik perhatian pasar diantaranya:
1. “Malay
Archipelago” dibuat naskahnya dari perjalanan penulisnya tahun
1854 dan baru dibuat catatannya sampai di cetak di tahun 1869
2. “A
Magic Gecko” dibuat berdasarkan pengalaman seorang Jerman yang melakukan
perjalanan tugas dari Sabang sampai Merauke selama 18 tahun baru ditulis pasca
tugasnya di Indonesia selesai
3. “Ekspedisi
Phinisi Nusantara” ditulis 1986 oleh Plus Caro yang ikut dalam ekspedisi
mengarungi samudera selama 69 hari dan baru diterbitkan tahun 2012.
Dari buku-buku tersebut
membuktikan bahwa penulisan naskah tidak perlu terburu-buru, sebuah buku pun
perlu pendalaman yang eksplisit agar memiliki isi yang kaya dan valid sesuai
degan kenyataanya sehingga akan menarik dan layak untuk dibaca. Maka mulailah
menulis dengan beberapa langkah berikut:
-
Catat hal-hal
kecil tentang semua dinamika yang terjadi :interpersonal, intratim: interaksi,
konflik, solusi, resolusi.
-
Buat catatan
harian : perencanaan, persiapan, pelaksanaan, hambatan hingga penyeleseiannya
-
Simpan semua
dokumen dn laporan statistik : bon pembelian, daftar peralatan, jadwal
keberangkatan, waktu, harga tiket dll
-
Ambil foto
disetiap momen untuk melengkapi naskah
-
Catat momen
dalam foto lalu arsipkan
Pesan yang disampaikan oleh Bapak
Yunus:
“Buku Adalah
Mahkota Anda, Apakah Anda Wartawan, Ilmuwan, Profesioanal Bahkan Petualang
Sekalipun, Jangan Pernah Kerjakan Terburu-Buru Lakukan Dengan Hasrat Dan Cinta”
***
Di sesi
ke 3 yang merupakan panel utama yaitu lauching buku “TROUBADUR & AVONTURIR”
yang ditulis oleh Jalu Kancana bersama Kidung Saudjana, kemudian penjelasan
mengenai “Riset Kepenulisan Sebuh buku” oleh Bapak Hermawan. Beliu merupakan
penulis dari puluhan buku dengan isi yang sangat kaya artinya memuat isi
data-data dari hasil riset. Masih
berhubungan dengan pembahasan di sesi ke-2 juga sebuah buku yang dihasilkan
tentu memerlukan data yang dimuat caranya yaitu dengan melakukan riset. Dalam
buku “Dyah Ptaloka” yang ditulis oleh beliau ini merupakan buku yang memerlukan
riset cukup lama mulai dari pelusuran studi literasi ke perpustakaan, ke museum
Sribaduga, riset wawancara terhadap dosen ITB yang melakukan survei tentang
sebuah kota bernama “trowulan” didalamnya memiiki kanak-kanal. Dari riset yang
dilakukan tersebut Bapak Hermawan memerlukan waktu 1 bulan lebih dan
kepenulisannya 1 bulan.
Kenapa Sebuah buku memerlukan
riset?
Dalam
penjelasannya menambahkan bahwa riset sangat diperlukan untuk buku non-fiksi,
selain untuk memperkaya isi juga untuk memberikan informasi yang akurat
terhadap timbal balik nya bagi pembaca.
Pada launching buku “TROUBADOUR
& AVONTURIR” Jalu Kancana dan Kidung Saudjana memaparkan tentang isi dari
buku ini. Troubadur diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yaitu ‘penyair yang
melakukan perjalanan, asal katanya Taraba yang berarti ‘musik atau lagu’,
sedangkan Avonturir berasal dari Bahasa Belanda yang berarti petualang yang
juga melakukan perjalanan. Kedua istilah ini menggambarkan kedua karakter dari
penulis yang bertualang dengan caranya masing-masing. Desain cover dibuat dari
hasil lukisan pensil karya sahabat
penulis yaitu Wandi yang merupakan seniman muda. Buku ini berisikan puisi-puisi
yang ditulis selama penulis melakukan perjalanan Jalu Kancana (perjalanan dari
2010) dan Kidung Saudjana (perjalanan 771 km) didalamnya memuat benang merah dari emosi yang meluap-luap tentang
kerinduan terhadap orang terkasih (ibu dan bapak), penyesalan yang mendalam,
kekesalan, perenungan dan kekaguman.
Kidung Saudjana menuturkan “Awal
dari pembukuan puisi-puisi ini adalah obrolan di sebuah kedai kopi ajakan dari
sahabat yaitu Jalu Kancana untuk bersama mengumpulkan hasil dari tulisan selama
perjalanan tapi tidak untuk mengambil keuntungan“. Ditambahkan Jalu Kancana,
kami tidak ingin terkenal dari buku yang kami tulis tapi kami ingin
berkarya dan memberikan kebanggan untuk
diri kami pribadi. Maka dari itu kami sepakat memilih penerbit indi yaitu
Epigraf untuk mempertahankan idealisme penulis, mulai pengeditan, pencetakan,
penjualan dan pemasaran kami lakukan sendiri. Kategori dari buku ini bukan buku
sastra melainkan buku sastrawi artinya
buku yang dibuat dengan sari-sari sastra.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, menyanggah, bertanya ataupun ingin berkorespondensi.
Terima kasih