Sabtu, 02 Februari 2013

Buku : Jendela Bandung, Pengalaman Bersama Kompas


Judul Buku : Jendela Bandung, Pengalaman Bersama Kompas.

Penulis : Her Suganda

satubumikita review :

Kali ini, satubumikita akan sedikit membahas sebuah buku yang bercover jembatan layang Pasupati. Di bab pertama mulai membahas awal mula Bandung yang masih berasal dari samudera hingga perkembanganya dari zaman ke zaman sampai sekarang.

Bandung yang dikelilingi gunung ini memang banyak menyimpan cerita menarik hingga mempunyai banyak predikat dari Parisj Van Java, Kota Kembang, Ibukota Asia Afrika hingga "Bandung lautan sampah" pernah tersemat di kota ini dan banyak pula predikat lainnya. Bandung yang dulu pernah diramalkan oleh orang tua dulu (uga) bahwa,"Bandung bakal heurin Ku tangtung" (artinya kurang lebih "Bandung bakal sesak oleh manusia") menjadi kenyataan. Hampir setiap hari kepadatan lalu lintas kita rasakan ditambah bila akhir pekan tiba semakin "heurin" dan sesak kota ini diserbu para pelancong.

Daya tarik bandung dari masa ke masa memang cukup memikat banyak orang. Di zaman Belanda ada sebuah pameo "jangan mati sebelum kau pergi ke Paris-nya Jawa" selain para mojangnya yang cantik-cantik dan makanan yang khas. Buku ini memaparkan juga bagian-bagian menarik Bandung saat dulu hingga sekarang yang cukup banyak disajikan. Seperti kisah Dayang sumbi yang rela terjun ke kawah ratu Gunung Tangkuban Parahu karena menolak dijadikan istri oleh anaknya sendiri yaitu sangkuriang. Serta di abad ke-20, dua geolog guru besar ITB yakni Th klompe dan Adrian de Neve yang keduanya orang Belanda dengan sadar menulis wasiat : "Jika meninggal nanti abu jenazah harus di taburkan di Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu sebagai tempat peristirahatan terakhir."

Lalu ada juga kisah bangunan berjuluk "kaleng biskuit" yang berada di jalan Braga. Lalu mengapa pernah pula jalan Braga di juluki "jalan culik"? serta banyak catatan dan cerita menarik lainnya dalam buku ini.

Buku yang cukup membawa para pembaca meniti perubahan dataran tinggi Bandung dari masa ke masa, dari sejarah, budaya hingga zaman kekinian. Dalam buku ini pun terdapat banyak informasi mengenai lokasi tempat makan, restoran, cafe, hotel, tempat-tempat wisata, makanan khas tradisional, nama jalan zaman dulu dan sekarang serta banyak lagi.

Buku yang mencoba menjadi sebuah jendela untuk menengok Bandung dari sudut yang berbeda dan cukup informatif dan sangat cocok bagi yang ingin mengetahui keadaan kota Bandung dari dahulu hingga sekarang serta patut menjadi koleksi buku di rumah.

Terima kasih, salam satubumikita.

tags: buku Jendela Bandung Pengalaman Bersama Kompas, review, resensi buku bandung, satubumkita, her suganda, buku2 bandung

1 komentar :

Silahkan berkomentar, menyanggah, bertanya ataupun ingin berkorespondensi.



Terima kasih

ANDA PENGUNJUNG KE-

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...