Judul Buku : Jendela Bandung, Pengalaman Bersama Kompas.
Penulis : Her Suganda
satubumikita review :
Penulis : Her Suganda
satubumikita review :
Kali ini, satubumikita akan sedikit membahas sebuah buku yang bercover jembatan layang Pasupati. Di bab pertama mulai
membahas awal mula Bandung yang masih berasal dari samudera hingga
perkembanganya dari zaman ke zaman sampai sekarang.
Bandung
yang dikelilingi gunung ini memang banyak menyimpan cerita menarik
hingga mempunyai banyak predikat dari Parisj Van Java, Kota Kembang,
Ibukota Asia Afrika hingga "Bandung lautan sampah" pernah tersemat di
kota ini dan banyak pula predikat lainnya. Bandung yang dulu pernah
diramalkan oleh orang tua dulu (uga) bahwa,"Bandung bakal heurin Ku
tangtung" (artinya kurang lebih "Bandung bakal sesak oleh manusia")
menjadi kenyataan. Hampir setiap hari kepadatan lalu lintas kita rasakan
ditambah bila akhir pekan tiba semakin "heurin" dan sesak kota ini
diserbu para pelancong.
Daya tarik bandung dari masa ke masa
memang cukup memikat banyak orang. Di zaman Belanda ada sebuah pameo
"jangan mati sebelum kau pergi ke Paris-nya Jawa" selain para mojangnya
yang cantik-cantik dan makanan yang khas. Buku ini memaparkan juga
bagian-bagian menarik Bandung saat dulu hingga sekarang yang cukup
banyak disajikan. Seperti kisah Dayang sumbi yang rela terjun ke kawah
ratu Gunung Tangkuban Parahu karena menolak dijadikan istri oleh anaknya
sendiri yaitu sangkuriang. Serta di abad ke-20, dua geolog guru besar
ITB yakni Th klompe dan Adrian de Neve yang keduanya orang Belanda
dengan sadar menulis wasiat : "Jika meninggal nanti abu jenazah harus di
taburkan di Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu sebagai tempat
peristirahatan terakhir."
Lalu ada juga kisah bangunan berjuluk
"kaleng biskuit" yang berada di jalan Braga. Lalu mengapa pernah pula
jalan Braga di juluki "jalan culik"? serta banyak catatan dan cerita
menarik lainnya dalam buku ini.
Buku yang cukup membawa para
pembaca meniti perubahan dataran tinggi Bandung dari masa ke masa, dari
sejarah, budaya hingga zaman kekinian. Dalam buku ini pun terdapat
banyak informasi mengenai lokasi tempat makan, restoran, cafe, hotel,
tempat-tempat wisata, makanan khas tradisional, nama jalan zaman dulu
dan sekarang serta banyak lagi.
Buku yang mencoba menjadi
sebuah jendela untuk menengok Bandung dari sudut yang berbeda dan cukup
informatif dan sangat cocok bagi yang ingin mengetahui keadaan kota
Bandung dari dahulu hingga sekarang serta patut menjadi koleksi buku di
rumah.
Terima kasih, salam satubumikita.
tags: buku Jendela Bandung Pengalaman Bersama Kompas, review, resensi buku bandung, satubumkita, her suganda, buku2 bandung
kayany ni buku bgus..ada di gramed ga ya min.?
BalasHapus