Sabtu, 20 Juli 2013

Catatan Perjalanan: Pendakian Gunung Slamet


Oleh : Siti Robiah (ceceu)


Gunung Slamet, sekitar tahun 1910. Foto : http://collectie.tropenmuseum.nl/

Gunung Slamet (3.432 mpdl ) adalah gunung tertinggi di Jawa setelah Gunung Semeru di Jawa Timur. Berbentuk kerucut / Strato serta memiliki kawah yang masih aktif dan luas. Letusan besar terakhir terjadi pada tanggal 13 juli 1988, yang menimbulkan lidah api dan semburan lava pijar setinggi 300 meter. Gunung Slamet terletak di perbatasan Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas, dan Brebes. Dengan posisi geografis 7°14, 30' LS dan 109°12, 30' BT.

Untuk mencapai puncak Gunung Slamet, kita bisa melalui beberapa jalur: dari Utara via Gambuhan-Jurang mangu, dari Selatan via Baturaden - Gunung Malang, dan Timur via Bobotsari - Bambangan. Jalur yang paling dekat dan lebih aman adalah dari Bambangan dan Jurang mangu, yang merupakan jalur yang dianjurkan. Sedangkan jalur Baturaden sebaiknya dihindari karena banyak ditumbuhi rumput-rumput liar dan medannya terjal serta berbahaya.

***

Dari berbagai informasi yang saya kumpulkan. Berangkatlah saya pukul 17.30 dari kantor meluncur menuju pull bis BUDIMAN di Cimahi karena kebetulan sebelumnya Nuni sudah beli tiket bis BUDIMAN jurusan Purwokerto dan kali ini yang ikut lumayan rame ada 12 orang. Sampai pull BUDIMAN tepat pukul 18.10 dan ternyata yang lain belum dateng.  Dan, akhirnya satu per satu datang, sampai akhirnya bus melaju tepat pukul 18.48. Yaah, waktunya tidur. Dan diiringi lagu nostalgia Ebiet G ade, Betharia Sonatha, dan entahlah.





Tepat pukul 23.20 bis berhenti di Rest Area khusus bis BUDIMAN di daerah Ciamis. Kamipun mendapat  makan malem gratiis, dengan menu yang lumayan, hehehe. Bis kembali melaju pukul 00.00, waktu nya mengisi tenaga untuk perjalanan besok, tidur lagi dan lagi. Dan sampailah kami di terminal Purwokerto tepat pukul 03.45.  Kamipun langsung beristirahat di depan toko-toko yang berjualan di kawasan terminal sementara 2 orang teman kami mencari tumpangan angkot untuk menngantarkan kami ke basecamp di Bambangan. Akhirnya kami sepakat untuk menyewa angkot dengan harga sewa yg cukup mahal, hehehe. Ga apa apalah yang penting kami nyampe sepagi mungkin. Angkot melaju tepat pukul 04.30 dan sampai ke basecamp Bambangan tepat pukul 05.40. Dan kami langsung daftar dan diharuskan membawa materai Rp.6000, identitas diri dan membayar retribusi senilai Rp.5000/orang.

Tepatnya pukul 06.40, dimulailah petulangan kami dengan penuh semangat. Kami mulai berjalan selangkah demi selangkah, kaki terayunkan untuk tujuan menuju ke puncak Gunung Slamet. Personil pendakian kali ini adalah  Otoy, Nuni, Ono, Ade, Epul, Taufik, Hesty, Mang Hendi, Panji, Gustia, Cepy dan saya. Di awal perjalanan kami melewati sebuah hutan pinus kecil, di sini jalannya rada kecil sampai menuju  ke Pos 1. Sesampianya di pos 1 kami pun istrirahat sejenak sembari menikmati udara sejuk khas pegunungan.


Setelah menyusuri barisan Pohon Pinus kami tiba di Pos I (Pondok Gembirung) dengan ketinggian sekitar 2.220 mdpl, sekitar pukul 09.15. Pagi itu, pendakian kami ditemani sang mentari yang cerah menemani sepanjang perjalanan, di dalam hati saya selalu berdoa agar cuaca bersahabat. Pos I ini cukup luas, dan sering digunakan pendaki untuk membangun tenda, karena pos dengan pondokan seperti ini hanya ada di Pos I, V dan VII, yang secara tempat sangat layak untuk dipakai waktu beristirahat dan menginap tanpa harus mendirikan tenda. Namun sayang sekali banyak sekali coret-coretan dari tangan jahil para pendaki. Kami beristirahat selamat 20 menit sambil menikmati pemandangan kaki Gunung Slamet. Perjalanan dari Pos I menuju Pos II memakan waktu sekitar 1 jam 20 menit dengan jalur pendakian yang panjang dan mulai vertikal. Vegetasi khas hutan tropis membuat suasana menjadi lembab dan hanya sedikit cahaya matahari yang masuk dari celah-celah pepohonan. 

Pos II (Pondok Walang) ini ditandai dengan lahan yang cukup luas untuk membangun 4-5 tenda . Sekitar pukul 10.50, kami sudah berada di POS II. Sambil menunggu yang lain, saatnya buka cemilan, hehehe. Kurang lebih sekitar 15 menit kami beristirahat dan sedikit mengisi perut dengan cemilan yang kami bawa. Yaah, sedikit menambah tenaga, karena perjalanan kami kali ini didukung dengan cuaca yang sangat cerah. Alhamdulillah ya Allah mengabulkan doa kami, senengnya. Perjalanan dilanjutkan dengan alunan lagu Slank. Teman kami, Saeful sepanjang perjalanan ditemani full musik yang membuat semangat kami semakin menggebu untuk sesegera mungkin melihat keindahan alam ciptaan Tuhan.  Selama 70 menit kami berjalan, tepatnya pukul 12.30 akhirnya tibalah kami di Pos III (Pos Cemara). Di pos ini juga cukup untuk membangun 2-3 tenda.

40 menit kemudian sekitar pukul 13.30 tibalah kami di Pos IV (Samarantu). Dari sini perjalanan mulai kering karena hutan mati sisa kebakaran yang masih terlihat gersang sampai pos VII. Dari pos IV menuju pos V (Pos Air) kami akan melewati hutan mati sisa kebakaran, meskipun demikian vegetasi hutan tropis masih mendominasi pemandangan sekitar. Perjalanan dari pos IV menuju pos V memakan waktu sekitar 25 menit. Di pos ini kita dapat menemui mata air, dengan berjalan turun ke arah kiri selama 5 menit dengan Kita menaiki ke arah batu yang licin berlumut sampai menemukan pipa aliran air.

Sambil menunggu yang lain saya sempet tidur dengan kondisi badan yang sangat lelah dan udara sangat dingin, hufth. Dan beberapa menit kemudian satu persatu personil sampe juga di pos V. Kami menghabiskan waktu cukup lama di pos V ini. Sempet tidur pulas, ngemil-ngemil, foto-foto, dan masak.  Perut sudah mulai keroncongan minta diisi sepertinya. Meskipun Cuma masak mie instant dan menyeduh susu coklat membuat badan kami terasa lebih segar dan bertenaga dan siap untuk memulai perjalanan menuju POS VI, yang kurang lebih membutuhkan waktu sekitar 20 menit.
 
Sekitar pukul  16.50 sampailah kami di pos VI.  Saya sendiri menyadari tempo pendakian kali ini cukup cepat. Di pos VI kami hanya sedikit berhenti, karena berdasarkan catatan, pos VII tidak jauh lagi. 30 menit berjalan barulah sayup-sayup saya mendengar suara ramai khas para pendaki yang sedang membuat api unggun, tepatnya di depan pos VII. Karena memang rencana kami mendirikan tenda di pos VII agar tidak terlalu jauh saat dini hari nanti. Tepat nya pukul 17.30 saya, Saeful, Cepy sesegera mungkin menghampiri rombongan pendaki yang sedang menghangatkan badan dengan menyalakan api unggun, dan menikmati keindahan senja yang semakin gelap dengan gumpalan awan putih.


Cuaca sangat dingin malam ini, setelah mendirikan tenda, masak sop, makaaan dan tiduuuur untuk memulihkan tenaga. Tepatnya pukul 03.30 dini hari kami mulai melanjutkan perjalanan menuju puncak. Bayangan gelap terbentang sepanjang pandangan ke depan, langit mulai membiru menandakan fajar menjelang. Sudah lebih dari 1 jam kami berjalan menuju puncak tapi belum berhasil melihat tanda-tanda puncak. Saya semakin jauh tertinggal dari rombongan. Angin menderu mendorong dari atas dan samping. Kami duduk memandang pesona langit yaitu lautan awan. Sungguh pemandangan yang langka karena tidak semua orang bisa mengunjungi tempat-tempat terindah seperti ini. Kali ini saya tidak ingin terburu-buru sampai di puncak, ingin menikmati lebih lama pesonakeindahannya. Dan sampai lah saya di pos VIII




Doc Foto : Ragapala
Pos VIII- Pos IX menghabiskan waktu sekitar 20 menit. Tantangan sesungguhnya Gunung Slamet bermula dari pos ini. Tanjakan-tanjakan tajam yang menguras tenaga begitu dominan. Nyaris tidak ditemukan trek bonus. Syukurlah, tanjakan di sini didominasi batu-batuan sehingga pendakian menjadi sedikit lebih mudah. Jarak tempuh Pos IX Palawangan- Puncak Slamet kurang lebih sekitar 1 jam.

    
Mentari bersiap untuk muncul dari ujung horizon timur. Semakin ke atas jalur berpasir semakin dominan dan memperlambat langkah. Saya mempercepat langkah dan akhirnya melihat tim depan sudah mencapai puncak terlihat bendera merah putih berkibar di genggaman tangan mereka. Sampai akhirnya saya tiba di ujung pendakian, Allhamdulillah. Segala puji bagi sang penguasa alam, kami tiba di puncak Slamet. Dari puncak Gunung Slamet, kami dapat melihat hamparan Pulau Jawa nan indah. Pepohonan, sungai–sungai dan rumah warga terlihat mungil dari puncak Gunung Slamet. Di sini saya menyadari bahwa “begitu kecil dan rendahnya manusia di mata sang pencipta”. Saya rasa tidak sepatutnya manusia bersombong dengan apa-apa yang menjadi milik dan kekuasaannya, mengingat ciptaan-Nya yang lain di luar bumi sana.




Doc Foto : Ragapala
***

Perjalanan turun menghabiskan waktu 1 jam 30 menit, lebih cepat namun lebih berbahaya. Dari puncak menuju pos VII perjalanan perlu dilakukan dengan sangat hati-hati dikarenakan batu dan pasir yang mudah bergeser. Para pendaki dituntut untuk pandai-pandai memilah jalan. Walaupun begitu perjalanan saat turun terasa tidak lebih melelahkan daripada saat mendaki.


Sekitar pukul 08.30, kami telah tiba di pos VII, kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum melanjutkan turun ke basecamp. Selesai makan siang dan beres-beres, kami pun turun menuju basecamp. Tak lupa sampah selama pendakian kami bawa kembali turun menggunakan kantong plastik. Sepanjang perjalanan kami bertemu beberapa kelompok yang akan mendaki pada hari itu, kami menyapa satu sama lain karena kebetulan pada saat itu bertepatan dengan tanggal merah yang memperingati hari Waisak. Maka tak heran setiap libur panjang banyak pendaki yang turut menikmati keindahan alam di Gunung Slamet, sungguh beruntung kami kali ini mentari selalu menemani perjalanan kamidari kemarin.

Rasanya berat sekali harus meninggalkan keindahan pesona gunung Slamet, keinginan untuk 1 hari lagi menikmati keindahan ini akhirnya pupus juga, mengingat hari senin harus memulai aktifitas kembali. Semoga lain waktu, kami khususnya saya bisa kembali lagi mendaki tanah tertinggi di Jawa Tengah ini. Setelah berdoa agar perjalanan turun lancar dan selamat. Dan sesaat kami akan turun rasanya ingin sekali berlari melihat medan turun yang landai dengan tanah yang kering. Tidak terbayang seandainya saat itu diguyur hujan, yang pasti akan lebih berat. Dan tak bosan saya mengucap syukur cuaca disaat kita turun pun sangat cerah, panas nya mataharipun tertutup rimbunnya pohon membuat sejuk perjalanan turun kami sama seperti kemarin disaat kita naik. 

Perjalanan turun saya dan teman-teman wanita lainnya selalu berada di paling depan, karena kita sengaja berlari sambil menari menikmati kelunya lutut yang harus menopang beban tubuh kami. Ya, saya nikmati semua ini. Dan saya pun beristirahat sambil menunggu teman kami yang lain di setiap pos yang kami lewati. Dan indahnya suasana pendakian salah satunya adalah disaat kami berpapasan dengan para pendaki dari seluruh penjuru negeri. Kami bisa saling menyapa, tersenyum, bahkan saling berjabat tangan, indahnya kebersamaan ini meskipun kami tidak saling kenal, yah itulah kelebihan sesama pendaki.



Setelah melewati pos I terlihat awan semakin gelap. Kami pun semakin berlari berharap segera sampai di basecamp dan beruntunglah kami, hujan gerimis pun membasahi kami disaat kami telah melewati perkebunan yang artinya sedikit lagi kami sampai basecamp. Kurang lebih 4 jam perjalanan turun, akhirnya tibalah kami di basecamp Gunung Slamet. Seusai turun kami melapor kembali kepada pengurus setempat, bersyukur dengan kebaikan ibu Sugeng yang menjamu kami dengan sangat baik sehingga kami bisa beristirahat, mandi, makan dan berdiskusi.  Alhamdulillah tepatnya pukul 16.05 kami ber 5 (saeful, nuni, gustia, cepy dan saya ) sudah menikmati nyamannya basecamp para pendaki tepatnya di kediaman ibu Sugeng. Kamar mandi adalah tujuan utama saya, hehehe.


Rumah yang sangat nyaman yang juga dipenuhi oleh kami dan para pendaki lain yang baru mau naik dan terhambat karena derasnya hujan sore itu. Sambil menunggu kawan kami yang lainnya ditemani teh manis, terbayar sudah kelelahan kami. Dari sini masalah mulai muncul, kami tidak menemukan kendaraan untuk turun ke terminal Purwokerto, karena memang tidak ada alat transportasi khusus di daerah itu. Tadinya saya mengira bahwa angkot yang kemarin mengantarkan kami ke depan basecamp memanglah angkot daerah sini. Akhirnya setelah negosiasi dengan sopir angkutan tepatnya pukul 19.30, mobil tersebut bersedia mengantar kami ke terminal purwokerto dengat tarif yang cukup mahal. Karena satu mobil tidak cukup akhirnya dua mobil kami sewa, dan bingungnya lagi dijadwalkan bis BUDIMAN  jurusan  Bandung itu pukul 19.30, artinya kami telat. Sesampai nya di terminal Purwokerto, sekitar 1 jam kami terlunta-lunta di depan toko mencari informasi bus menuju Bandung. Dan akhirnya pilihan terakhir adalah bis ekonomi yang pada saat itu memang udah mau berangkat dengan kondisi bus yang panas, padat dan bau dengan musik dangdut yang khas menemani perjalanan kami meninggalkan kota Purwokerto, yeah nevermind, yang penting pulaaaang dan tidur nyenyak !!!!!!!!!

Doc Foto : Ragapala



Pendakian Gunung Slamet, 24 - 26 Mei 2013

Itinerary Perjalanan:
·        Cimahi-Terminal Purwokerto : 9 jam
·        TerminalPurwokerto- Basecamp Bambangan : 70 menit
·        TerminalPurwokerto- Terminal Cicaheum Bandung : 8 jam



Itinerary Pendakian:
  • Basecamp (1575 mdpl) – Pondok Pemuda (Gapura Pendakian): 5 menit
  • Pondok Pemuda – Lapangan Sepak Bola: 30 menit
  • Lapangan Sepak Bola - Pos I / Pondok Gembirung (2220 mdpl): 30 menit
  • Pos I - Pos II / Pondok Walang: 1 jam 3o menit
  • Pos II – Pos III / Pos Cemara (2465 mdpl): 40 menit
  • Pos III – Pos IV / Samarantu (2635 mdpl): 50 menit
  • Pos IV – Pos V / Pos Mata Air (2775 mdpl): 30 menit
  • Pos V – Pos VI / Samyang Rangkah : 20 menit
  • Pos VI – Pos VII / Samyang Kendit: 25 menit
  • Pos VII – Puncak Gunung Slamet: 2 jam
  • Puncak Gunung Slamet – Bibir Kawah: 10 menit


Terima Kasih:
  •  Allah SWT atas karunia cuaca yang bersahabat selama perjalanan & keselamatan atas kseluruhan anggota perjalanan
  •  Teman-teman pendaki: Otoy, Nuni, Ono, Panji, Gustia, Hendi, Hesty, Taufik, Saeful, Ade, Cepy
  • Teman-teman SATUBUMIKITA dalam waktu bersamaan berhasil menjelajah Gn.Gede ;)

15 komentar :

  1. semoga nanti bisa mendaki gunung slamet :P

    BalasHapus
  2. semakin banyak saja para wnita yg mendaki gunung..hehe. lanjutkan!!

    BalasHapus
  3. salam lestari !!!
    senangnya ada yang cerita perjalanan ke Gunung Slamet
    sebenernya masih di wilayah tempatku tinggal. tapi entah kena apa belum bisa sampai di puncaknya.

    hehehe

    oia, bagus banget n tampak lebih rame kalau di upload juga foto setiap moment nya.
    misal, muka galau karena gak ada angkutan atau muka ceria saat dapat teh manis

    ditunggu cerita lainnya ya.

    salam lestari !!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam juga..

      kalo foto2 sih suka di upload di facebook mba, kalo di blog kebanyakan kita posting buat artikel/tulisan :)

      Hapus
  4. tertinggi kedua di pulau jawa, mantap...

    BalasHapus
  5. kabita braay ingin ke slamet gak kesampayan terus-_-

    BalasHapus
  6. Keren fotonya, semoga Gamananta bisa ke 3S :)

    BalasHapus
  7. Nice kak, kalo berkenan mampir juga ke blog aku ya :) http://memoarhidup.blogspot.com/2018/07/terbakar-mentari-di-puncak-slamet.html

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, menyanggah, bertanya ataupun ingin berkorespondensi.



Terima kasih

ANDA PENGUNJUNG KE-

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...