Doc : |
Krisis udara sehat dirasakan tidak hanya oleh warga
Provinisi Riau, tetapi juga warga Sumatera bagian lainnya seperti Kota Padang.
Belum lagi Kalimantan, Palangkaraya di siang hari rupanya sudah memamerkan
warna jingganya. Sungguh itu bukan sunset atau sunrise, melainkan hasil dari
udara yang kualitasnya nyaris 'dua belas kali lipat lebih buruk dari ambang
batas udara bahaya'.
Sebulan yang
lalu misalnya, indeks polusi di Palangkaraya mencapai 2.314,45 mikrogram/m3.
Padahal, menurut PP No.41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, batas
pencemaran udara yang masih aman bagi makhluk hidup adalah maksimal 150
mikrogram/m3/hari. Bahkan jika merujuk data World Health Organization (WHO)
yang memiliki standart polusi udara aman maksimal 50 mikrogram/m3/hari, nilai
polusi udara di Palangkaraya saat ini adalah 45 kali lipat di atas batas aman
WHO.
Terlepas
bagaimana asal muasal kabut asap di Sumatera dan Kalimantan ini terjadi, siapa
pelakunya pembakaran lahan hutan yang sampai saat ini mengarah pada beberapa
perusahaan besar, serta sejauh mana keberanian pemerintah mengambil tindakan
yang tegas untuk mengatasi bencana nasional tersebut, adalah tanggung jawab
kita bersama untuk peduli dengan saudara-saudara kita di sana.
Hal ini akhirnya
mendasari Satubumikita (Sabuki) yang merupakan komunitas penggiat alam dari
Bandung untuk menunjukan bentuk kepeduliannya atas bencana tersebut dengan aksi
yang nyata. Berangkat dari ide beberapa anggota, Sabuki sepakat untuk menggelar
penggalangan dana. Bukan suatu hal yang mudah untuk merumuskan suatu program
penggalangan dana terhadap bencana. Namun seiring berjalannya waktu, sepakat
akhirnya sampai pada satu titik yang kami beri nama Peduli Korban Asap Borneo
dan Sumatera #SaveBorneoSumatra dengan tagline Diam Bukan Solusi. Menurut kami,
jelas diam bukan solusi oleh karena itu kami bergerak dengan aksi.
Penggalangan
dana dilaksanakan pada 15/10/2015 s.d. 31/10/2015 dengan aksi turun ke jalan
yaitu:
1. Ngamen Amal
alias Ngamen Keren di Cikapundung
Kawan-kawan
Sabuki sengaja memanfaatkan relasi dengan teman-teman musisi indie di Bandung
yang siap tarik suara untuk ngamen keren. Aksi ini juga didukung atau kerja
sama dengan Komunitas Alien Cikapundung sebagai pemilik lapak. Hasil dari
ngamen ini kembali terbagi-bagi yaitu 40% wajib untuk kebersihan &
keamanan, dan sisanya dibagi oleh Sabuki (Donasi Ngamen Amal) dan Alien
Cikapundung sebagai pemilik rumah.
2. Jual Pin
Sabuki
mengeluarkan sedikit modal untuk mencetak pin yang dijual seharga Rp10.000 dan
100% profit penjualannya menjadi bagian dari sumbangan.
3. Kencleng
Seikhlasnya dan juga sumbangan lain yang masuk melalui Rek. BCA a/n Adek Kusuma
8430.1996.77.
Goal dari
penggalangan dana ini adalah terkumpulnya dana senilai Rp30 juta yang akan
digunakan untuk membeli 1.000 tabung gas oksigen. Dalam penyalurannya sendiri,
teman-teman Sabuki sengaja berkoordinasi dengan pihak-pihak di masing-masing
daerah yang konsen membantu korban asap, sesuai yang diharapkan. Secara
singkat, Sabuki menyebutnya Donasi 1.000 Oksigen Untuk Borneo (Kalimantan) dan
Sumatera.
###
Pada minggu
pertama aksi penggalangan dana, Ngamen Keren dilaksanakan pada 15/10/2015
bertempat Jembatan Cikapundung atau Samping Gedung Merdeka pada pukul
18.30-23.00. Sabuki mengundang beberapa musisi indie seperti Fierman Deanto dan
Klopass. Asia Afrika yang memang ramai pengunjung menjadi tempat yang pas bagi
Sabuki untuk menggalang dana. Selain ada Ngamen Keren, sekitar 100 pcs Pin
“Diam Bukan Solusi #SaveBorneoSumatra” juga mulai dijual. Klopass sukses
menutup Ngamen Keren Hari Pertama tersebut dengan hasil penggalangan dana
secara keseluruhan berjumlah Rp 1,401,000 (termasuk penjualan pin). Jumlah
tersebit ditambah oleh donasi dari kelompok kawan-kawan salah seorang peserta
Kegiatan Sabuki 'Seuri Bray' yaitu Rp480.000, maka total donasi per 15/10/2015
secara keseluruhan adalah Rp 1,881,000.
Hari kedua
yaitu Jumat (16/10/2015), penggalangan dana berupa Ngamen Keren dan Jual Pin
ini masih dilakukan dilakukan di area sekitaran Cikapundung meskipun titik
pointnya berubah dari malam sebelumnya. Malam kedua ini, Sabuki dan Alien
Cikapundung ngamen keren dan berkumpul di Taman Cikapundung yang identik dengan
air mancur menari. Masih dengan skema galang dana yang sama, musisi-musisi
indie dihadirkan. Malam kedua ini tak sepanas lagu-lagu Iwan Fals yang
dibawakan Klopass pada malam sebelumnya. Sebaliknya, lagu-lagu bergenre pop
yang biasa di telinga anak muda karena sering looping di radio-radio, justru
terasa tepat sasaran karena pengunjung Cikapundung memang didominasi oleh
anak-anak muda. Masih hingga pukul 22.30, donasi yang terkumpul dari Ngamen
Keren dan Jual Pin pada hari itu adalah Rp 1,054,200.
Secara
kolektif per tanggal 16/10/2015, hasil dari Ngamen Keren dan jualan pin dua
malam tersebut adalah Rp2,935,200.
Malam ketiga,
masih dengan Ngamen Keren dan Penjualan Pin di area Cikapundung yang ramai
dengan Car Free Night Asia Afrika. Dana yang berhasil dikumpulkan malam
tersebut adalah Rp1,000,000, sehingga total hasil penggalangan dana pada hari
ketiga adalah Rp3,935,200.
Malam keempat
bertepatan dengan malam final Piala Presiden. Sasaran Sabuki awalnya adalah
para Bobotoh yang melakukan aksi nonton bareng di area Taman Cikapundung.
Sayangnya, kondisi yang sangat crowded dari penuh dan sesaknya para Bobotoh
membuat tim Sabuki tidak dapat secara bebas atau maksimal melakukan
penggalangan dana. Hasil penggalangan dana malam itu adalah Rp357.400.
Secara
keseluruhan, total penggalangan dana Minggu I ini Rp4,292,600 dan telah
dikirimkan melalui Universitas Palangkaraya pada Selasa (20/10/2015). Sabuki
berharap bantuan tersebut bisa dimanfaatkan bagi korban asap baik di Riau atau
Palangkaraya. (Ria / satubumikita)***
Terima kasih
untuk para donatur dan teman-teman Sabuki semuanya. :
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, menyanggah, bertanya ataupun ingin berkorespondensi.
Terima kasih