Oleh : Bayu Surya Ginanjar
Di kawasan Nagreg kabupaten Bandung, terdapat sebuah kampung yang di sana berdiri tegak bukit batu hasil galian dari warga Kampung Kendan yang disebut Situs Kerajaan Kendan.
Penamaan Galian Kendan ini tentunya karena berada di Kampung Kendan Kecamatan Nagreg Kabupaten Bandung. Galian ini dahulunya adalah sebuah gunung batu yang menjulang di Kampung kendan ini. Konon gunung batu ini dahulu pernah menjadi tempat kerajaan. Cerita ini sudah tersebar dan sudah ramai di dunia maya. Ternyata setelah saya telusuri informasi di Kampung Kendan akhirnya saya ditunjukkan kepada pelaku penggalian gunung batu di kendan ini, yaitu bapak Nanang (warung penggali batu) Sangat beruntungnya saya dipertemukan dengan pelaku sang pemugar gunung batu yang kini menjadi Galian Kendan. Beliau memaparkan memang pernah mendengar rumor tentang kerajaan Kendan atau kerajaan Kelang, hanya memang belum jelas saja dimana lokasi komplek kerajaan tersebut.
Situs ini merupakan lahan gunung batu cadas, yang diduga menjadi kawasan kekuasaan Kerajaan Kendan atau Kerajaan Kelang. Kerajaan ini didirikan oleh Resiguru Manikmaya sekitar tahun 536 Masehi. Dari kerajaan ini kemudian berkembang menjadi sebuah kerajaan besar bernama Galuh, yang ketika itu kekuasaan kerajaan Kendan dipegang oleh Prabu Wretikandayun pada tahun 612 Masehi.
Dalam bahasa Sunda, memang dikenal istilah dayeuh sebagai proses perkembangan kabahasaan dari istilah dayo dalam naskah kuno, yang memiliki pengertian sama dengan ‘kota’. Adanya istilah dayo atau dayeuh, kerapkali kita baca dalam istilah kata majemuk ‘puseur dayeuh’, yang sering dimaknai sebagai pusat pemerintahan, tempat para penguasa melayani kepentingan rakyatnya.
Sebuah petunjuk mengenai keberadaan puseur dayeuh, pada saat ini yang dapat kita saksikan hanyalah sebuah perkampungan yang disebut Kampung Kendan. Wilayah ini merupakan sebuah bukit yang terletak 15 km sebelah tenggara Cicalengka. Di daerah ini pernah ditemukan pula sebuah arca manik (yang oleh para ahli sejarah disebut Patung Durga) yang sangat halus pembuatannya. Dan sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.
View Situs Kerajaan Kendan |
Pada bekas puseur dayeuh Kendan, selain ditemukan arca Manik, saat melakukan investigasi ke wilayah ini, sempat pula ditemukan sebuah ‘mahkota’ serta sebuah pusaka nagasasra (singkatan dari nagara rasa) yang tersimpan di salah seorang sesepuh Kampung Kendan. Sebagai nagara rasa, hanya orang yang memiliki kehalusan rasa dan ketajaman bathin yang dapat merasakan peninggalan-peningalan kerajaan Kendan yang sudah terkubur ratusan tahun lamanya. Dan sampai saat ini pun, belum dapat dipastikan dimana material bekas “karaton”-nya. Oleh karena itu, jika material bekas bangunan “karaton” Kerajaan Kendan sangat sulit ditemukan, adalah sesuatu yang wajar, mungkin sudah lama hancur dimakan usia jika melihat material dari batuan rapuh di gunung ini, atau mungkin juga ada yang menghancurkannya karena sudah tidak digunakan lagi. itulah kenapa jika menanyakan kepada warga tentang Situs Kerajaan Kendan, sedikit sekali yang tahu tentang sejarah tempat ini, yang mereka tahu hanyalah Galian Kendan atau Lio Kendan.
Gunung
ini murni dipugar oleh beberapa warga Kampung Kendan untuk digunakan
sebagai bahan konstruksi bangunan atau bahan bangunan yang dijual
sebagai sumber penghasilan warga Kampung Kendan sendiri. Gunung ini
dipugar bukan menggunakan aat berat sperti Back Hoe, melainkan dipugar
manual dengan alat sederhana seperti cangkul dan linggis. Jika
diperhatikan dengan seksama, memang Nampak jelas bekas-bekas pugaran
dengan menggunakan linggis dan cangkul di permukaan dinding galian ini.
Bapak Nanang ini mulai menggali gunung batu ini sejak tahun 1980 dengan
sepuluh orang yang lain. Penggalian terus berlangsung selama 20 tahun
hingga akhirnya bapak Nanang dan kawan-kawan memutuskan untuk menutup
dan mengakhiri penggalian ini pada tahun 2000 karena beberapa alasan.
Ada bagus juga pengerukan itu dihentikan, karena jika pengerukan ini
diteruskan hingga sekarang, mungkin kita peninggalan kerajaan ini akan
habis. Secara tidak sengaja, akibat dari pemugaran gunung ini, menurut
saya menambah keindahan dari gunung ini. akan lebih terjaga jika
pemerintah mengelola situs ini menjadi sebuah objek wisata yang
dikomersilkan. Nah, mumpung masih gratis, tidak ada salahnya coba
berkunjung ke tempat ini.
Tidak sedikit pula orang-orang dari peneliti batuan datang ke lokasi ini untuk meneliti batuan Kendan. Nama kampung Kendan sendiri diambil dari nama batu yang ada di lkasi galian ini. Ya, Batu Kendan yang merupakan batu keras berwarna hitam mengkilat yang bisa dijumpai dilokasi galian ini, walaupun agak sulit menemukannya jika tidak teliti mencarinya.
Menurut
saya lokasi ini sungguh luar biasa indah, suasana di lokasi ini
seperti taman Jurassic atau film Flinstone. Tempat yang cocok untuk
mengabadikan moment di lokasi ini utuk berfoto ria. Semakin mendaki ke
puncak gunung batu, maka semakin indah view dan latar foto yang akan
didapat.
Tentunya harus sangat hati-hati jika ingin mendaki galian tersebut
karena jenis batuannya merupakan batuan lunak dan rapuh. Harus
pintar-pintar memilih batu yang pas pijakan kaki dan berpegang. Salah
menginjak batu yang rapuh maka akan berbahaya bagi keselamatan. Saran
saya jika ragu-ragu untuk mendaki, lebih baik untuk tidak mendaki.
Difoto di dasar galiannya pun bagus asal bisa memilih spot-spot yang oke
untuk difoto. Saya pun cukup sulit untuk mendaki ke puncak beberapa
bukit di Galian Kendan ini karena medan bau yang rapuh dan licin oleh
lumut.
Untuk sampai di lokasi ini, karena saya datang dari Cileunyi, maka rute
yang ditempuh adalah lewat Cileunyi – Rancaekek – Nagreg. Setelah
melewati gapura “selamat jalan” yang membatasi kabupaten Bandung, 3 km
ke depan akan menjumpai rel kereta api dan kantor polisi sektor Nagreg.
Perlambat kendaraan saat melewati rel dan ambil jalan belik kiri yang
ada di samping rel. Ikuti jalan itu sekitar 2 km sampai melewati
kantor Desa Kendan. Saat sampai di kantor Desa Kendan jika melihat kea
rah jam 10 maka akan terlihat Galian Kendan dari kejauhan. Terus
lanjutkan perjalanan sampai ke kaki Galian Kendan. Di lokasi ini tidak
ada tiket masuk karena bukan lokasi wisata yang di kelola oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata. Itulah sekilas pengalaman saya berkunjung ke
Galian Kendan di Nagreg kabupaten Bandung.
Sumber : Wawancara dengan Bapak Nanang (warga sesepuh Kampung Kendan)
Sumber Tambahan : Serajah dan Kepurbakalaan Kab. Bandung
Tulisan bisa di baca pula di : http://bayusginanjar.blogspot.com/2015/02/situs-kerajaan-batu-kendan-nagreg.html
Baru dengar kali ini nama Kerajaan kendan, lalu apakah kelak akan dikembangkan jadi destinasi wisata? :)
BalasHapustempat penghilang rasa penat sering bgt k tempat itu hingga trakhir kali ke galian kendan tahun 2003 namun baru kali ini aku tau itu merupakan situs peninggalan sebuah kerajaan.. thanks min infonya. sesuatu yg tak pernah kuduga.menabah wawawsan.
BalasHapusiya kang, suatu tempat kadang menyimpan sebuah cerita pd zamannya dan menjadi situs di kemudian hari, Terima kasih sdh berkunjung ke blog komunitas kami.
Hapus