Rabu, 13 November 2013

Rupa - Rupa Cerita Trip Gunung Galunggung Dan Kampung Naga

Oleh  : Gustaf RM 


Mendaki gunung, menjajal anak tangga yang panjang dan sebuah perkampungan adat yang ada naga (ular)nya atau kampungnya para naga. Ya,  inilah gambaran yang terpintas seketika  saya untuk pertama kali mendengar kata “Galunggung dan Kampung Naga”. Kali ini tepatnya tanggal 2- 3 november 2013 destinasi perjalanan saya adalah menuju Tasikmalaya untuk mengunjungi yang boleh jadi menjadi andalan wisata alam dan budaya (ikon) Tasikmalaya.

Terletak di Kabupaten Tasikmalaya secara administratif , Gunung Galunggung akan menjadi tujuan utama eksplorasi saya dan teman – teman  yang tergabung dalam komunitas satubumikita. Dan dilanjutkan berkunjung ke kampung Naga yang secara administratif terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.
Jam 6 pagi meet point di surapati core (meet point nya event sabuki untuk wilayah ekplorasi Jawa Barat bagian timur) “nggak juga sih…,” Setelah hampir semua peserta yang akan ramein event ini ngumpul semua ..jam 6.30 akhirnya kita ber-19 memulai perjalanan. Tujuan pertama adalah menumpang bis di terminal Cicaheum . bis Trayek Cicaheum - purwokerto via tasikmalaya yang kata abang kondektur ber AC yang jadi pilihan hati rombongan satubumikita, walaupun bisa langsung menggunakan bis jurusan Cicaheum – Tasikmalaya langsung, mungkin ongkosnya bisa lebih murah atau bahkan lebih mahal, hehe.


 *sekilas info :
                bis Cicaheum -  Purwokerto via Tasikmalaya                                  Rp. 30.000,-/orang
                bis Cicaheum – Tasikmalaya                                                            Rp. ???,-/orang



Setelah kurang lebih 3 jam perjalanan akhirnya jam 10.30 sampailah kita di terminal indihiyang, Tasikmalaya yang menurut kabar si burung yang suka travelling juga, terminal ini katanya seperti bandara. Logis sih memang untuk ukuran terminal di daerah seperti Tasikmalaya terminal ini bisa dibilang WOWww, menarik juga melihat infrastruktur  terminal yang terbilang baru di kawasan ini. 

walaupun gak ngerti – ngerti amat konsep pengaturannya, hehehe. Menariknya, terminal angkutan kota (angkot) dan bis disini itu dipisahkan, kedua jenis angkutan umum itu tidak boleh saling menginjakan kaki  ke wilayah otoritasnya….”kerennn kan…..atau emang gitu peraturannya …tau dah” .
Dari terminal ini kira – kira masih ada sekitar 5 – 10 km untuk menuju Gunung Galunggung. Kita putuskan untuk carter angkot untuk menuju ke sana,”males gilllla kalo mesti trekking di jalanan aspal” … Sebenarnya ada sih angkot jurusan Cipanas - Galunggung,  kita  cuma harus jalan dulu keluar dari terminal.

Dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam akhirnya jam 12.30 kita sampai di gerbang gunung galunggung

*sekilas info :
                            Carter angkot terminal indihiyang – galunggung Rp 190.000/angkot
                           Angkot jurusan galunggung                                    Rp. ??? / orang

Setelah bongkar muat carrier dan awak pendaki dari angkot, kita habiskan waktu disini kurang lebih 1 jam untuk sekedar berpoto ria, makan siang, bayar tiket, sholat dzuhur dan nanya – nanya info ke petugas tiketing, ibu warung, bapak ojeg, sopir angkot, “ siapa lagi ya yang ane Tanya…..??lupa

Ada dua opsi untuk menuju ke kawah Galunggung,


  • -          Trekking (lewat jalur wisata/lewat mipir gunung*samping gunung)
  • -          Naik ojek

Karena kita udah terlihat keren dengan carrier yang segede gaban yang nemplok di punggung masa ia sih kudu naik ojeg??”menurut loo!” .Padahal demi memangkas ongkos, hahaha…. Akhirnya kita trekking  mipir gunung berbekal  info yang sedikit simpang siur terkesan abstrak dari narasumber yang kita himpun. Seolah dapet wahyu, “nu penting mah nanjak weh dek muncak mah “celetuk seorang teman,…hmmm masuk akal tapi ga sepenuhnya benar juga sih.



Setelah berjalan kaki melewati kawasan wisata pemandian kolam Cipanas  akhirnya kita mulai memasuki trek jalan setapak menanjak , tapi Karena trek pun lumayan jelas dan sepertinya jalan setapaknya pun masih sering dilalui, juga vegetasi yang tidak begitu rapat, memudahkan rombongan untuk melaluinya walaupun setahu saya belum ada seorang pun dari rombongan yang pernah kesini . Selama kurang lebih  satu setengah jam trekking,  akhirnya kita sampai di pelataran parkiran kawah galunggung.  perkiraan kalau pake ojek 15 menit.



*sekilas info :

                        Tiket masuk kawah galunggung         Rp. 4200,-/ orang

                        Ojek                                                     Rp. 15.000,-/orang

                        Toilet, musholla                                  Gratis…



Terlihat kendaran baik itu mobil maupun motor wisatawan berbaris di  depan warung – warung area parkir ini. Ya…karena kawasan kawah Galunggung sudah dikelola sebagai kawasan wisata dan difasilitasi oleh pemerintah itu menjadikan kawasan ini kurang adventure untuk adventurer yang sangat hutan,gila trekking ekstrim, yang berani siap nyasar, adventurer garis keras,  yang hobinya bikin jalur baru atau apapun sebutannya “ bener gak bro?”.



Setelah kita rasa cukup beristirahat dan melengkapi logistik di warung,ada dua pilihan trek untuk mencapai puncak kawah



  •      Lewat jalur tangga dengan 620 anak tangganya atau
  •       Trekking melipir kawah




Kita lanjutkan menuju puncak kawah dengan menjajal sebanyak 620 anak tangga.Itu pun menurut keterangan di papan informasi.”Males juga kudu di itungin satu persatu mah, yang jelas ane percaya ame yang buatnya dah, suerrr.”

Cukup menarik konsep pembuatan anak tangga yang menjadi ciri khas dari kawah Galunggung, entah tujuannya untuk mempermudah mobilitas peneliti ataupun memfasilitasi wisatawan tapi saya pribadi cukup menikmati menjajalnya.Dengan candaan, keceriaan dan kebersamaan khas nya bro – bro satubumikita akhirnya ke-19 orang ini sampai di puncak kawah. “Coba ada yang minta di gendong…masih bisa pada ceria gak ya?” .Atau, anggap aja simulasi tempur pra nikah, hehehe… atau adaptasi trek sebelum ke greatwall china “aminnnnnn”.



Ternyata view dari puncak kawah ini jauh dari ekspektasi saya, kesebelah timur bisa kita lihat kota singaparna dan tasikmalaya ke sebelah barat nya pemandangan kawah sisa hasil letusan gunung galunggung yang fenomenal kala itu yang konon letusan dan debunya sampai ke Australia ”subhanallah…”, berdiri besar, kokoh gunung galunggung yang seperti terbelah oleh erupsi letusan yang seolah memagari danau dengan airnya yang berwarna hijau di bawahnya.



Sesekali terlihat kabut layaknya tirai putih yang di naik turunkan dari dinding tinggi gunung ke kawah dibawahnya…cantik sekali.Disini saya merasa benar – benar kecil dan tetiba inget emak dirumah yang lagi angkat jemuran …..“loohhhh….!!”Sekitar 10 menit kami berfoto dan menghela napas, kami lanjutkan untuk melanjutkan menuruni danau di bawah yang menjadi tempat kami mendirikan tenda alias ngemping.



Jadi ingat peristiwa 3 hari yang lalu (H-3).



Sambil melamun (flash back) setelah dapat info dari teman, untuk bisa bermalam di kampung naga itu harus bocking dulu minimal H-3, merasa penasaran dengan kabar itu akhirnya saya dan mang opik putuskan untuk survey ke kampung naga untuk memastikannya. Walhasil menurut pengurus guide disana memang untuk kalangan umum selain pelajar, mahasiswa, peneliti yang membawa surat resmi dari lembaga tidak diizinkan untuk menginap disini, berdasarkan hasil survey itu, itinerary event kita rubah yang rencana awal kita akan menginap di kampung naga kita alihkan ngemping di galunggung yang artinya pundak kita akan dibebani carrier bermuatan tenda dan perlengkapan camping dan kawan – kawannya, memikul carrier segede gaban lagi..”oh tidak……, mimpi ane trekking lengoh, pupus lagi”.





“Okeh cukup flash backnya, kembali ke dunia nyata”. Akan tetapi Setelah melihat view yang sangat elok ini , sedikit pun saya tidak menyesal harus kembali memikul beban carrier yang lumayan ajibb  beratnya ini.



Setelah setengah jam kita menuruni kawah, sampailah kita di tanah lapang di pinggir danau yang dimana dirasa cocok untuk tempat mendirikan tenda, lokasinya yang cukup strategis  karena dekat dengan sungai yang airnya jernih bisa untuk minum dan  juga masak dan berdekatan dengan warung ” hah warung!!, serius lho?, ada warung dikawah?”.betul disana ada sebuah warung yang buka 24 jam “udah kaya 711 aja yak,,hehehe”. Jadi gausah khawatir kalau akan bermalam disini tanpa membawa tenda dan logistik, karena bisa menumpang tidur, makan  di warung atau yang sedikit jauh ada mushola juga yang entah fungsinya masih tempat untuk ibadah atau melakukan ritual? Entahlah.

Cuaca cerah malam itu… gemintang mulai bermunculan diatas langit yang gelap, suasana yang dingin terhangatkan oleh kegiatan khas bro – bro satubumikita yaitu cooking time and sharing moment, tapi kali ini dengan ditemani api unggun yang jarang kita lakukan ketika muncak, mungkin karena cuaca cerah jadi kayunya pada kering dan mudah dibakar. Jam 12 malam semua personel masuk tenda untuk tidur, kecuali saya yang karena selain tenda udah full occupancy terlebih saya ingin lebih bercengkrama dan menghilangkan sekat pembatas  antara saya dan alam kecuali lapisan jaket dan sleeping bag tentunya hehhee….walhasil saya tidur di luar disinari rembulan,gemintang dan selimuti kabut,assoyy….”beruntunglah wahai para penggiat alam, karena sering matahati kita di bukakan melalui keindahan ciptaanNya.

Karena mengejar waktu, terpaksa kita mesti bangun subuh dan jam 8.00 setelah semua  beres packing  kita melanjutkan ke destinasi berikutnya yaitu ke kampung naga.Turun dari kawah sampai ke pintu gerbang pertama menghabiskan kurang lebih 45 menit saja,  karena kita ambil jalur aspal yang lebih pendek tentunya dengan berlari gaya bebas ala pendaki yang riang gembira “dari gaya marathon sampai  gaya pendemo udah kita jabanin dah, yang penting ceria itu aja udehh”…kalau menggunakan ojek mungkin Cuma 10 menit.

Setelah kita menunggu angkutan umum akhirnya jam 11.00 kita carter angkot langsung menuju ke Kampung naga.

*sekilas info :
                         - ojek dari kawah ke gerbang ticketing                     Rp. 15.000/2 orang
                         - carter angkot dari Galunggung – kampung naga    Rp. 180.000/mobil

                                                                    ***

KAMPUNG NAGA   
                      

Jam 12.00 akhirnya rombongan sampai di pelataran parkiran yang sengaja di buat oleh dinas pariwisata setempat sebagai penanda gerbang masuk ke kampung naga. jarak kampung naga memang tidak jauh dari akses jalan utama yang dilalui beberapa trayek angkutan transportasi antar kota juga  provinsi dan pemukiman penduduk luar jadi sangat mudah untuk dijangkau.

Setelah poto sesi di tugu kudjang yang tidak ada sangkut pautnya dengan kebudayaan kampung naga itu sendiri *info dari narasumber “punduh”.Setelah registrasi di koperasi guide, akhirnya kita diantar seorang guide bernama kang Yudi untuk tour keliling kampung naga.

Umumnya Sambutan ramah khas orang parahyangan (sunda) begitu pula yang dilakukan kang yudi mengantar kita mengguide kita dengan sesekali memberikan presentasi kepada kita.Untuk hari ini jadwal kunjungan ke kampung naga cukup ramai, saya lihat dari list di whiteboard di koperasi di pelataran parkir yang kemudian di konfirmasikan ke kita oleh kang Yudi
 
KEGIATAN DI KAMPUNG NAGA :

Registrasi
Sebelum memasuki kawasan kampung naga kita diharuskan registrasi atau mengisi buku tamu di koperasi dan untuk pengunjung yang membutuhkan guide bisa menggunakan jasa nya untuk memperlancar kegiatan kita di kampung, karena ada beberapa etika yang harus dipatuhi pengunjung 
*Sekilas info :
                        - biaya untuk jasa guide tidak ditentukan alias seridho nya              Rp. 5000/org

Sambutan teh hangat,gula merah dan dialog di rumah guide kang yudi

Sambutan teh hangat,gula merah dan dialog di rumah guide kang yudi


Setelah kita menuruni anak tangga yang berkelok – kelok yang menurut kang yudi berjumlah 320 anak tangga yang katanya juga yang membuat adalah anak-anak mahasiswa UPI yang sedang KKN (kelompok Kerja Nyata) , melewati sawah melalui jalan setapak di pinggir sungai yang cukup besar, nampaklah sekumpulan rumah yang rapat dengan atap hitam dari ijuk, itulah kampung naga kurang lebih 500 m dari pelataran parkir.



Proses selanjutnya adalah meminta izin bertamu dari sang ketua adat dan umumnya langsung berdialog dengan kuncen di bale. Karena jadwal kita berbarengan dengan pengunjung lain dari sebuah SMA  di kota Purwokerto dengan peserta sebanyak 130 orang, kita tidak bisa langsung berdialog langsung dengan sang kuncen, akhirnya kita dibawa berkunjung ke rumah kang yudi, dengan disuguhi teh hangat dan gula merah  mengiringi dialog sore itu.



Keliling kampung

Setelah dirasa cukup berdialog dan mendapatkan info – info dari kang yudi kita lanjutkan mengelilingi kampung… diawali dengan mengunjungi bumi ageung (tempat lembaga adat yaitu kuncen, lebe dan punduh melakukan upacara adat) selain ketiga jabatan tadi tidak diperkenankan memasuki bumi ageung, dilanjutkan melihat sumber mata air kemudian melihat aktifitas dan berdialog dengan punduh.Karakter seorang punduh ini sangat humoris, beliau menuturkan ceritanya dengan sesekali diselingi candaan.



Dialog dengan ketua adat (kuncen) di bale
 

Kegiatan terakhir kita di kampung naga adalah dialog dengan ketua adat (kuncen)dan 130 anak SMA dari Purwokerto. Ruang bale yang penuh sesak oleh anak SMA menjadi media transfer informasi dari kuncen ke audience. 

Tentu saja sebelumnya saya melakukan observasi pustaka dulu mengenai kebudayaan dan adat yang diterapkan disini dan informasi – informasi dari blogger yang kemudian saya kroscek kebenarannya ke narasumber.berikut beberapa fakta yang saya dapatkan dari informasi kuncen dan observasi langsung dilapangan :


  1.  Mayoritas warga memeluk agama islam dan melakukan ibadah hanya di hari jum’at saja faktanya -> mereka melakukan ibadah seperti umat muslim pada umumnya yaitu shalat wajib 5 waktu dalam sehari dan kegiatan ibadah – ibadah islami lainnya.
  2. Total bangunan yang berdiri sebanyak 113 bangunan yang jumlahnya sama dari dulu dan tidak akan ada penambahan lagi juga terdapat 108 kepala keluarga
  3. Kampung ini tidak melarang masuknya listrik akan tetapi para warga takut akan dampak kebakaran  yang diakibatkan oleh listrik
  4. Tidak ada pakaian khas yang dipakai penghuni kampung naga selain pakain putih – putih yang dipakai ketika akan melakukan ritual upacara adat
  5. Hari selasa, rabu dan sabtu adalah hari Larangan membahas tentang sejarah kebudayaan adat istiadat kampung naga
  6. Kampung naga adalah singkatan kampung “na gawir “ dalam bahasa Indonesia berarti kampung yang terletak di tebing.
  7. Kecuali tanah, bangunan rumah bisa di perjual belikan antar sesama warga
  8. 8.      Bentuk bangunan relatifsama akan tetapi ukuran bangunan ditentukan berdasarkan tingkat kekayaan pemilik rumah
  9. Tidak ada larangan untuk warganya menikah dengan warga dari kampung luar dan berdomisili di kampung naga selama masih ada tempat atau sebaliknya
  10. Hanya kaum lelaki yang melakukan upaca adat sedangkan wanitanya memasak untuk untuk keperluan upacara
  11. Pada tahun 1956 seluruh bangunan di kampung naga dibakar oleh pasukan DI/TII karena konflik politik dan kemudian dibangun kembali dengan bentuk yang menyerupai aslinya
  12. Tidak ada artefak, kitab atau benda sejarah Hampir semua indikator peninggalan nenek moyang habis terbakar
  13. Kampung naga tidak menutup diri dari modernisasi akan tetapi selektif.
  14. Ngabujang adalah salah satu istilah dalam pertanian yaitu tehnik menanam padi dengan  memagari bagian terluar dari tanaman padi dengan jenis padi yang lebih tinggi bertujuan untuk melindungi padi yang berada di tengah dari terpaan angin
  15. Ada tiga pemangku adat  yaitu : 1. Kuncen, 2. Lebe 3. Punduh yang mempunyai jobdeskripsi yang berbeda
  16. Dilarang memotret bangunan bumi ageung (tempat upacara adat) dari jarak kurang dari 20 m
  17. Jabatan pemangku adat adalah turun temurun kepada anak laki – laki
  18. Warga kampung naga adalah warga yang tercatat syah dalam administrasi Negara, dibuktikan dengan keikutsertaan mereka dalam pemilu dan aktifitas pemerintahan lainnya.


Inilah sedikit informasi yang saya dapatkan dari narasumber.Singkat cerita kita akhiri kunjungan ke kampung naga.Setelah santap sore di sebuah tempat makan di pelataran parkir dan pamitan ke koperasi guide. Jam 17.00 kita akhiri event satubumikita kali ini.

Pulang ke Bandung dengan menggunakan bis ¾, berbeda cerita dengan novri,sari, ferdinan,deni muttaqin dan bang riza, mereka nebeng atau istilah gokil nya hitching dengan menumpang truk bermuatan bambu sampai ke Garut kemudian lanjut menumpang mobil patroli sampai ke terminal dan pulang ke kota tujuan masing-masing.

Terima kasih kawan…semoga bisa adventure bareng lagi…..kalian luar biasa!!!

*sekilas info :
       Ongkos bis singaparna – Cicaheum  (hasil nego dengan kenek)                       
 Rp. 25.000,-/orang





The team  :
1.      Puspita supriati
2.      Siti robiah (ceuceu)
3.      Novrianti
4.      Sari
5.      Dwina (princess)
6.      Ulen
7.      natalia
8.      Deni muttaqin
9.      Deni
10.  Zaenal
11.  Riza
12.  Johanes (jojo)
13.  Deanz
14.  Sapii??
15.  Windu
16.  Budi (ibut)
17.  Taufik hidayat
18.  Gustaf RM
19.  Ferdinan

19 komentar :

  1. Belum pernah ke Galunggung,jadi pengen...baca dari catper ini keren sepertinya kalo ngetrip kesana rame-rame. hehe

    BalasHapus
  2. asek, gunung Galunggung. penasaran sama kawahnya,.. ajib...

    salam lestari...

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam lestari juga kang..mksh sudah berkunjung. :)

      Hapus
  3. wah bilang2 dong klo mau ke galunggung, tau gtu kan aku bisa jd tour guide ny hha.. #Ngarep
    cicaheum-tasik = Rp. 35.000,00 via bus budiman n busnya pun muantap hho..

    BalasHapus
  4. wah asik tuh gan, touring rame-rame...

    BalasHapus
  5. Mau tanya donk ,, untuk perizinan camp digaLunggung gimana ? apa harus booking dLu ?

    BalasHapus
  6. ijinnya sama penjaga aja di depan gerbang & ga harus booking dulu, tinggal datang langsung.

    BalasHapus
  7. yang saya baca diatas, apa warungnya yang di dekat kawah layak untuk di jadikan penginapan. rencananya saya mau kesana weekend ini. cuma masih bingung sama penginapannya. Punya solusi? tolong info, thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo untuk menginap tanpa tenda sebaiknya, menginap di penginapan. kalo di warung sepertinya ga boleh

      Hapus
  8. Min , boleh minta kontak nya Pak Yudi, tour guide di Kampung Naga ?

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, menyanggah, bertanya ataupun ingin berkorespondensi.



Terima kasih

ANDA PENGUNJUNG KE-

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...