|
"Pintu masuk" Situs Batu Pasarean di sekitar puncak Tampomas |
Hari sabtu pagi yang cerah, mentari bersinar cukup hangat menemani kami dalam bis yang melaju menembus jalanan kota Bandung yang ramai di akhir pekan. Mentari semakin terik dan tak lagi hangat, tak terasa perjalanan kami pun sudah sampai di pemberhentian terakhir bis Damri di bilangan kampus Unpad Jatinangor. Ya, persinggahan kami disana sebelum menempuh perjalanan pendakian menuju sebuah Gunung di sebelah utara Kabupaten Sumedang yang merupakan bekas dari kerajaan Sumedang Larang. Gunung yang akan kami tuju tersebut sekarang biasa disebut dengan Tampomas atau menurut catatan Pangeran Sunda Bujangga Manik adalah Gunung Tompo Omas.
Sebelum terik semakin menggila dan anggota pendakian sudah terkumpul semua, kami pun beranjak bergegas dari kampus Unpad Jatinangor melaju dengan angkutan umum berwarna cokelat menuju titik awal pendakian di daerah Cibeureum. Sebelum menuju arah kota, kami pun melewati sebuah jalan yang terkenal dan bersejarah, ya apalagi kalu bukan Cadas Pangeran. Cadas Pangeran merupakan sebuah jalan yang masih bagian dari Jalan Raya Pos (yang dibangun / direncanakan oleh Gubernur Jenderal Daendels) dari Anyer - Panarukan yang memakan korban jiwa para pekerjanya karena harus membobok cadas bukit dengan cara manual. Yang menarik adalah sang bupati pada saat itu, Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828) atau yang lebih populer dengan sebutan Pangeran Kornel, beliau berani memprotes dan agak sedikit menantang sang Gubernur Jenderal Daendels atas kesemena-menaan dalam pembangunan jalan tersebut dengan bersalaman dengan tangan kiri sedang tangan kanan memegang keris. Yang konon akhirnya sang Daendels yang terkenal galak tersebut mengerahkan pasukan dan alat beratnya untuk memudahkan pembuatan jalan dengan membobok bukit cadas tersebut.