Tampilkan postingan dengan label sosok. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sosok. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 November 2015

Para Pejalan Indonesia Dari Masa ke Masa

Oleh ; Yogi (Kidung Saujana)
Ilustrasi, foto kidung saujana


Nama Rudolf lawalata, Abdullah Balbed dan Sujono Djono mungkin asing bagi para petualang muda saat ini. Ketiga pemuda ini pada tanggal 8 Januari 1955 menemui presiden soekarno untuk meminta restu melakukan perjalanan keliling dunia dengan berjalan kaki. Kemudian oleh presiden dibekali dengan kamera, tas ransel serta baju batik.dan hanya dengan uang sebanyak Rp.50,000,-.


Mereka mengawali perjalanan mereka dari Batam menuju Singapura kemudian dilanjutkan ke Thailand, Myanmar, India, Pakistan, Afganistan, Irak, Iran, Arab Saudi, Sudan, Mesir, Yunani, Yugoslavia, Austria, Italia, Swiss, Jerman, Belgia, Belanda, Swedia, Norwegia sebelum akhirnya tiba di Amerika Serikat pada Agustus 1956. bahkan namanya telah dijadikan kata kerja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di mana di sana Anda akan menemukan istilah berlawalata yang artinya berjalan kaki menempuh jarak jauh. Mungkin lawalata dan kedua temannya bisa disebut pejalan kaki pertama indonesia pada zaman modern pada saat itu.



Minggu, 24 Februari 2013

Soe Hok Gie



Seorang tokoh atau sosok, baik itu yang dikenal luas ataupun terbatas, bisa jadi merupakan sumber inspirasi bagi banyak orang. Seperti inspirasi dari hasil karya, tindakan, sifat atau apa yang telah dia perjuangkan. Maka dari itu satubumikita mencoba untuk mengapresiasi para tokoh tersebut dengan mencoba sedikit menuliskan kisah hidupnya, yang mungkin sedikit banyak bisa menjadi inspirasi positif dan pelajaran untuk kita sebagai generasi muda.



Soe Hok Gie
Setelah sebelumnya satubumikita membahas F.W Junghuhn. Seperti judul yang tertera di atas, satubumikita mencoba membahas sosok Soe Hok Gie, seorang aktivis mahasiswa yang selain suka menulis juga seorang pendaki. Tanggal 17 Desember 1942 adalah  dimana Gie dilahirkan di kota Jakarta. Meninggal dunia sehari sebelum berumur 27 tahun tepatnya pada tanggal 16 Desember 1969 di puncak mahameru bersama rekannya  Idhan Dhanvantari Lubis (20 tahun) karena menghirup gas beracun. Gie pernah menulis dalam buku hariannya yang mengutip seorang filsuf Yunani, “nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda”. Memang begitu adanya sosok pemuda kita yang satu ini, Gie mungkin berbahagia mati muda daripada sial berumur sampai tua.  


Rabu, 13 Februari 2013

Franz Wilhelm Junghuhn


Seorang tokoh atau sosok, baik itu yang dikenal luas ataupun terbatas, bisa jadi merupakan sumber inspirasi dari banyak orang. Seperti inspirasi dari hasil karya, tindakan, sifat atau apa yang dia perjuangkan. Maka dari itu satubumikita mencoba untuk mengapresiasi para tokoh tersebut dengan mencoba sedikit menuliskan kisah hidupnya, yang mungkin sedikit banyak bisa menjadi inspirasi positif dan pelajaran untuk kita sebagai generasi muda. 

Junghuhn
Franz Wilhelm Junghuhn (lahir di Mansfeld (dekat Pegunungan Harz), 26 Oktober 1809 – meninggal di Lembang, 24 April 1864 pada umur 54 tahun) adalah seorang naturalis, doktor, botanikus, geolog dan pengarang berkebangsaan Jerman (lalu Belanda).

Junghuhn berjasa sebagai peneliti pulau Jawa dari sudut pandang ilmu bumi, geologi, vulkanologi dan botanik dan juga daerah Batak di Sumatera. Uraian menurut ilmu alam dia tuangkan pada karya utamanya, Pulau Jawa - Bentuknya, Permukaannya dan Susunan Dalam (3 jilid, 1852-54), yang dilengkapi oleh peta pertama dari pulau itu yang terperinci dan mengandalkan. Junghuhn juga menyusun sejumlah herbarium, singkatan ilmiahnya adalah Jungh. Dikenal pada upaya-upayanya untuk membina pemiliharaan pohon-pohon cinchona untuk menghasilkan obat kinine.

ANDA PENGUNJUNG KE-

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...