Oleh : Gustaf RM
Mendaki gunung, menjajal
anak tangga yang panjang dan sebuah perkampungan adat yang ada naga (ular)nya
atau kampungnya para naga. Ya, inilah gambaran yang terpintas
seketika saya untuk pertama kali mendengar kata “Galunggung dan
Kampung Naga”. Kali ini tepatnya
tanggal 2- 3 november 2013 destinasi perjalanan saya adalah menuju Tasikmalaya
untuk mengunjungi yang boleh jadi menjadi andalan wisata alam dan budaya (ikon)
Tasikmalaya.
Terletak di Kabupaten Tasikmalaya
secara administratif , Gunung Galunggung akan menjadi tujuan utama eksplorasi
saya dan teman – teman yang tergabung dalam
komunitas satubumikita. Dan dilanjutkan berkunjung ke kampung Naga yang
secara administratif terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,
Kabupaten Tasikmalaya.
Jam 6 pagi meet
point di surapati core (meet point nya event sabuki untuk wilayah
ekplorasi Jawa Barat bagian timur) “nggak juga sih…,” Setelah hampir
semua peserta yang akan ramein event ini ngumpul semua ..jam 6.30 akhirnya kita
ber-19 memulai perjalanan. Tujuan pertama adalah menumpang bis di terminal
Cicaheum . bis Trayek Cicaheum - purwokerto via tasikmalaya yang kata abang
kondektur ber AC yang jadi pilihan hati rombongan satubumikita, walaupun bisa
langsung menggunakan bis jurusan Cicaheum – Tasikmalaya langsung, mungkin
ongkosnya bisa lebih murah atau bahkan lebih mahal, hehe.
*sekilas info :
bis
Cicaheum - Purwokerto via
Tasikmalaya Rp.
30.000,-/orang
bis
Cicaheum –
Tasikmalaya Rp.
???,-/orang
Setelah kurang lebih 3 jam perjalanan akhirnya jam 10.30 sampailah
kita di terminal indihiyang, Tasikmalaya yang menurut kabar si burung yang suka
travelling juga, terminal ini katanya seperti bandara. Logis sih memang untuk
ukuran terminal di daerah seperti Tasikmalaya terminal ini bisa dibilang WOWww,
menarik juga melihat infrastruktur terminal yang terbilang baru di
kawasan ini.
walaupun gak ngerti – ngerti amat konsep pengaturannya, hehehe.
Menariknya, terminal angkutan kota (angkot) dan bis disini itu dipisahkan,
kedua jenis angkutan umum itu tidak boleh saling menginjakan kaki ke
wilayah otoritasnya….”kerennn kan…..atau emang gitu peraturannya …tau
dah” .
Dari terminal ini kira –
kira masih ada sekitar 5 – 10 km untuk menuju Gunung Galunggung. Kita putuskan
untuk carter angkot untuk menuju ke sana,”males gilllla kalo mesti trekking
di jalanan aspal” … Sebenarnya ada sih angkot jurusan Cipanas - Galunggung, kita cuma
harus jalan dulu keluar dari terminal.
Dengan waktu tempuh
kurang lebih 1 jam akhirnya jam 12.30 kita sampai di gerbang gunung galunggung
*sekilas info :
Carter
angkot terminal indihiyang – galunggung Rp 190.000/angkot
Angkot
jurusan
galunggung Rp.
??? / orang
Setelah bongkar muat
carrier dan awak pendaki dari angkot, kita habiskan waktu disini kurang lebih 1
jam untuk sekedar berpoto ria, makan siang, bayar tiket, sholat dzuhur dan nanya
– nanya info ke petugas tiketing, ibu warung, bapak ojeg, sopir angkot, “ siapa
lagi ya yang ane Tanya…..??lupa
Ada dua opsi untuk
menuju ke kawah Galunggung,
- - Trekking (lewat jalur wisata/lewat mipir gunung*samping gunung)
- - Naik ojek
Karena kita udah terlihat keren dengan carrier
yang segede gaban yang nemplok di punggung masa ia sih kudu naik ojeg??”menurut
loo!” .Padahal demi memangkas ongkos, hahaha…. Akhirnya kita
trekking mipir gunung berbekal info yang sedikit simpang
siur terkesan abstrak dari narasumber yang kita himpun. Seolah dapet wahyu, “nu
penting mah nanjak weh dek muncak mah “celetuk seorang teman,…hmmm masuk
akal tapi ga sepenuhnya benar juga sih.
Setelah berjalan kaki
melewati kawasan wisata pemandian kolam Cipanas akhirnya kita mulai
memasuki trek jalan setapak menanjak , tapi Karena trek pun lumayan jelas dan
sepertinya jalan setapaknya pun masih sering dilalui, juga vegetasi yang tidak
begitu rapat, memudahkan rombongan untuk melaluinya walaupun setahu saya belum
ada seorang pun dari rombongan yang pernah kesini . Selama kurang lebih satu
setengah jam trekking, akhirnya kita sampai di pelataran parkiran
kawah galunggung. perkiraan kalau pake ojek 15 menit.
*sekilas info :
Tiket
masuk kawah galunggung Rp.
4200,-/ orang
Ojek Rp.
15.000,-/orang
Toilet,
musholla Gratis…
Terlihat kendaran baik
itu mobil maupun motor wisatawan berbaris di depan warung – warung
area parkir ini. Ya…karena kawasan kawah Galunggung sudah dikelola sebagai
kawasan wisata dan difasilitasi oleh pemerintah itu menjadikan kawasan ini
kurang adventure untuk adventurer yang sangat hutan,gila trekking ekstrim, yang
berani siap nyasar, adventurer garis keras, yang hobinya bikin jalur
baru atau apapun sebutannya “ bener gak bro?”.
Setelah kita rasa cukup
beristirahat dan melengkapi logistik di warung,ada dua pilihan trek untuk
mencapai puncak kawah
- Lewat jalur tangga dengan 620 anak tangganya atau
- Trekking melipir kawah
Kita lanjutkan menuju
puncak kawah dengan menjajal sebanyak 620 anak tangga.Itu pun menurut
keterangan di papan informasi.”Males juga kudu di itungin satu persatu mah, yang
jelas ane percaya ame yang buatnya dah, suerrr.”
Cukup menarik konsep
pembuatan anak tangga yang menjadi ciri khas dari kawah Galunggung, entah
tujuannya untuk mempermudah mobilitas peneliti ataupun memfasilitasi wisatawan
tapi saya pribadi cukup menikmati menjajalnya.Dengan candaan, keceriaan dan
kebersamaan khas nya bro – bro satubumikita akhirnya ke-19 orang ini sampai di
puncak kawah. “Coba ada yang minta di gendong…masih bisa pada ceria gak ya?” .Atau,
anggap aja simulasi tempur pra nikah, hehehe… atau adaptasi trek sebelum ke
greatwall china “aminnnnnn”.
Ternyata view dari
puncak kawah ini jauh dari ekspektasi saya, kesebelah timur bisa kita lihat
kota singaparna dan tasikmalaya ke sebelah barat nya pemandangan kawah sisa
hasil letusan gunung galunggung yang fenomenal kala itu yang konon letusan dan
debunya sampai ke Australia ”subhanallah…”, berdiri besar, kokoh gunung
galunggung yang seperti terbelah oleh erupsi letusan yang seolah memagari danau
dengan airnya yang berwarna hijau di bawahnya.
Sesekali terlihat kabut
layaknya tirai putih yang di naik turunkan dari dinding tinggi gunung ke kawah
dibawahnya…cantik sekali.Disini saya merasa benar – benar kecil dan tetiba
inget emak dirumah yang lagi angkat jemuran …..“loohhhh….!!”Sekitar 10 menit
kami berfoto dan menghela napas, kami lanjutkan untuk melanjutkan menuruni
danau di bawah yang menjadi tempat kami mendirikan tenda alias ngemping.
Jadi ingat peristiwa 3
hari yang lalu (H-3).
Sambil melamun (flash
back) setelah dapat info dari teman, untuk bisa bermalam di kampung naga itu
harus bocking dulu minimal H-3, merasa penasaran dengan kabar itu akhirnya saya
dan mang opik putuskan untuk survey ke kampung naga untuk memastikannya.
Walhasil menurut pengurus guide disana memang untuk kalangan umum selain pelajar,
mahasiswa, peneliti yang membawa surat resmi dari lembaga tidak diizinkan untuk
menginap disini, berdasarkan hasil survey itu, itinerary event kita rubah yang
rencana awal kita akan menginap di kampung naga kita alihkan ngemping di
galunggung yang artinya pundak kita akan dibebani carrier bermuatan tenda dan
perlengkapan camping dan kawan – kawannya, memikul carrier segede gaban lagi..”oh tidak……, mimpi ane trekking lengoh, pupus
lagi”.
“Okeh cukup flash
backnya, kembali ke dunia nyata”. Akan tetapi Setelah melihat view yang sangat elok ini ,
sedikit pun saya tidak menyesal harus kembali memikul beban carrier yang
lumayan ajibb beratnya ini.
Setelah setengah jam
kita menuruni kawah, sampailah kita di tanah lapang di pinggir danau yang
dimana dirasa cocok untuk tempat mendirikan tenda, lokasinya yang cukup
strategis karena dekat dengan sungai yang airnya jernih bisa untuk
minum dan juga masak dan berdekatan dengan warung ” hah
warung!!, serius lho?, ada warung dikawah?”.betul disana ada sebuah warung yang
buka 24 jam “udah kaya 711 aja yak,,hehehe”. Jadi gausah khawatir kalau akan bermalam disini tanpa membawa tenda dan
logistik, karena bisa menumpang tidur, makan di warung atau yang
sedikit jauh ada mushola juga yang entah fungsinya masih tempat untuk ibadah atau
melakukan ritual? Entahlah.
Cuaca cerah malam itu…
gemintang mulai bermunculan diatas langit yang gelap, suasana yang dingin
terhangatkan oleh kegiatan khas bro – bro satubumikita yaitu cooking
time and sharing moment, tapi kali ini dengan ditemani api unggun yang
jarang kita lakukan ketika muncak, mungkin karena cuaca cerah jadi kayunya pada
kering dan mudah dibakar. Jam 12 malam semua personel masuk tenda untuk tidur,
kecuali saya yang karena selain tenda udah full occupancy terlebih saya ingin
lebih bercengkrama dan menghilangkan sekat pembatas antara saya dan
alam kecuali lapisan jaket dan sleeping bag tentunya hehhee….walhasil saya
tidur di luar disinari rembulan,gemintang dan selimuti kabut,assoyy….”beruntunglah
wahai para penggiat alam, karena sering matahati kita di bukakan melalui
keindahan ciptaanNya.
Karena mengejar waktu,
terpaksa kita mesti bangun subuh dan jam 8.00 setelah semua beres
packing kita melanjutkan ke destinasi berikutnya yaitu ke kampung
naga.Turun dari kawah sampai ke pintu gerbang pertama menghabiskan kurang lebih
45 menit saja, karena kita ambil jalur aspal yang lebih pendek
tentunya dengan berlari gaya bebas ala pendaki yang riang gembira “dari gaya
marathon sampai gaya pendemo udah kita jabanin dah, yang penting
ceria itu aja udehh”…kalau menggunakan ojek mungkin Cuma 10 menit.
Setelah kita menunggu angkutan umum akhirnya jam 11.00 kita carter
angkot langsung menuju ke Kampung naga.
*sekilas info :
-
ojek dari kawah ke gerbang
ticketing Rp.
15.000/2 orang
-
carter angkot dari Galunggung – kampung naga Rp.
180.000/mobil
***
KAMPUNG NAGA
Jam 12.00 akhirnya
rombongan sampai di pelataran parkiran yang sengaja di buat oleh dinas
pariwisata setempat sebagai penanda gerbang masuk ke kampung naga. jarak
kampung naga memang tidak jauh dari akses jalan utama yang dilalui beberapa
trayek angkutan transportasi antar kota juga provinsi dan pemukiman
penduduk luar jadi sangat mudah untuk dijangkau.
Setelah poto sesi di
tugu kudjang yang tidak ada sangkut pautnya dengan kebudayaan kampung naga itu
sendiri *info dari narasumber “punduh”.Setelah registrasi di
koperasi guide, akhirnya kita diantar seorang guide bernama kang Yudi untuk
tour keliling kampung naga.
Umumnya Sambutan ramah
khas orang parahyangan (sunda) begitu pula yang dilakukan kang yudi mengantar
kita mengguide kita dengan sesekali memberikan presentasi kepada
kita.Untuk hari ini jadwal kunjungan ke kampung naga cukup ramai, saya lihat
dari list di whiteboard di koperasi di pelataran parkir yang kemudian di
konfirmasikan ke kita oleh kang Yudi
KEGIATAN DI KAMPUNG NAGA :
Registrasi
Sebelum
memasuki kawasan kampung naga kita diharuskan registrasi atau mengisi
buku tamu di koperasi dan untuk pengunjung yang membutuhkan guide bisa
menggunakan jasa nya untuk memperlancar kegiatan kita di kampung, karena
ada beberapa etika yang harus dipatuhi pengunjung
*Sekilas info :
- biaya untuk jasa guide tidak ditentukan alias seridho nya Rp. 5000/org
Sambutan teh hangat,gula merah dan dialog di rumah guide kang yudi
Sambutan
teh hangat,gula merah dan dialog di rumah guide kang yudi
Setelah kita menuruni
anak tangga yang berkelok – kelok yang menurut kang yudi berjumlah 320 anak
tangga yang katanya juga yang membuat adalah anak-anak mahasiswa UPI yang
sedang KKN (kelompok Kerja Nyata) , melewati sawah melalui jalan setapak di
pinggir sungai yang cukup besar, nampaklah sekumpulan rumah yang rapat dengan
atap hitam dari ijuk, itulah kampung naga kurang lebih 500 m dari pelataran parkir.
Proses selanjutnya
adalah meminta izin bertamu dari sang ketua adat dan umumnya langsung berdialog
dengan kuncen di bale. Karena jadwal kita berbarengan dengan pengunjung lain
dari sebuah SMA di kota Purwokerto dengan peserta sebanyak 130
orang, kita tidak bisa langsung berdialog langsung dengan sang kuncen, akhirnya
kita dibawa berkunjung ke rumah kang yudi, dengan disuguhi teh hangat dan gula
merah mengiringi dialog sore itu.
Keliling kampung
Setelah dirasa cukup
berdialog dan mendapatkan info – info dari kang yudi kita lanjutkan
mengelilingi kampung… diawali dengan mengunjungi bumi ageung (tempat lembaga
adat yaitu kuncen, lebe dan punduh melakukan upacara adat) selain ketiga
jabatan tadi tidak diperkenankan memasuki bumi ageung, dilanjutkan melihat
sumber mata air kemudian melihat aktifitas dan berdialog dengan punduh.Karakter
seorang punduh ini sangat humoris, beliau menuturkan ceritanya dengan sesekali
diselingi candaan.
Dialog dengan ketua adat (kuncen) di bale
Kegiatan terakhir kita
di kampung naga adalah dialog dengan ketua adat (kuncen)dan 130 anak SMA dari
Purwokerto. Ruang bale yang penuh sesak oleh anak SMA menjadi media transfer
informasi dari kuncen ke audience.
Tentu saja sebelumnya
saya melakukan observasi pustaka dulu mengenai kebudayaan dan adat yang
diterapkan disini dan informasi – informasi dari blogger yang kemudian saya
kroscek kebenarannya ke narasumber.berikut beberapa fakta yang saya dapatkan
dari informasi kuncen dan observasi langsung dilapangan :
- Mayoritas warga memeluk agama islam dan melakukan ibadah hanya di hari jum’at saja faktanya -> mereka melakukan ibadah seperti umat muslim pada umumnya yaitu shalat wajib 5 waktu dalam sehari dan kegiatan ibadah – ibadah islami lainnya.
- Total bangunan yang berdiri sebanyak 113 bangunan yang jumlahnya sama dari dulu dan tidak akan ada penambahan lagi juga terdapat 108 kepala keluarga
- Kampung ini tidak melarang masuknya listrik akan tetapi para warga takut akan dampak kebakaran yang diakibatkan oleh listrik
- Tidak ada pakaian khas yang dipakai penghuni kampung naga selain pakain putih – putih yang dipakai ketika akan melakukan ritual upacara adat
- Hari selasa, rabu dan sabtu adalah hari Larangan membahas tentang sejarah kebudayaan adat istiadat kampung naga
- Kampung naga adalah singkatan kampung “na gawir “ dalam bahasa Indonesia berarti kampung yang terletak di tebing.
- Kecuali tanah, bangunan rumah bisa di perjual belikan antar sesama warga
- 8. Bentuk bangunan relatifsama akan tetapi ukuran bangunan ditentukan berdasarkan tingkat kekayaan pemilik rumah
- Tidak ada larangan untuk warganya menikah dengan warga dari kampung luar dan berdomisili di kampung naga selama masih ada tempat atau sebaliknya
- Hanya kaum lelaki yang melakukan upaca adat sedangkan wanitanya memasak untuk untuk keperluan upacara
- Pada tahun 1956 seluruh bangunan di kampung naga dibakar oleh pasukan DI/TII karena konflik politik dan kemudian dibangun kembali dengan bentuk yang menyerupai aslinya
- Tidak ada artefak, kitab atau benda sejarah Hampir semua indikator peninggalan nenek moyang habis terbakar
- Kampung naga tidak menutup diri dari modernisasi akan tetapi selektif.
- Ngabujang adalah salah satu istilah dalam pertanian yaitu tehnik menanam padi dengan memagari bagian terluar dari tanaman padi dengan jenis padi yang lebih tinggi bertujuan untuk melindungi padi yang berada di tengah dari terpaan angin
- Ada tiga pemangku adat yaitu : 1. Kuncen, 2. Lebe 3. Punduh yang mempunyai jobdeskripsi yang berbeda
- Dilarang memotret bangunan bumi ageung (tempat upacara adat) dari jarak kurang dari 20 m
- Jabatan pemangku adat adalah turun temurun kepada anak laki – laki
- Warga kampung naga adalah warga yang tercatat syah dalam administrasi Negara, dibuktikan dengan keikutsertaan mereka dalam pemilu dan aktifitas pemerintahan lainnya.
Inilah sedikit informasi
yang saya dapatkan dari narasumber.Singkat cerita kita akhiri kunjungan ke
kampung naga.Setelah santap sore di sebuah tempat makan di pelataran parkir dan
pamitan ke koperasi guide. Jam 17.00 kita akhiri event satubumikita kali ini.
Pulang ke Bandung dengan menggunakan bis ¾, berbeda cerita dengan
novri,sari, ferdinan,deni muttaqin dan bang riza, mereka nebeng atau istilah
gokil nya hitching dengan menumpang truk bermuatan bambu sampai ke Garut
kemudian lanjut menumpang mobil patroli sampai ke terminal dan pulang ke kota
tujuan masing-masing.
Terima kasih kawan…semoga bisa adventure bareng lagi…..kalian luar
biasa!!!
*sekilas info :
Ongkos
bis singaparna – Cicaheum (hasil nego dengan
kenek)
Rp. 25.000,-/orang
The team :
1. Puspita supriati
2. Siti robiah (ceuceu)
3. Novrianti
4. Sari
5. Dwina (princess)
6. Ulen
7. natalia
8. Deni muttaqin
9. Deni
10. Zaenal
11. Riza
12. Johanes (jojo)
13. Deanz
14. Sapii??
15. Windu
16. Budi (ibut)
17. Taufik hidayat
18. Gustaf RM
19. Ferdinan
seruu kayanya gan... :)
BalasHapussip pasti seru :)
HapusBelum pernah ke Galunggung,jadi pengen...baca dari catper ini keren sepertinya kalo ngetrip kesana rame-rame. hehe
BalasHapusmksh, cobain trip rame2 ke sana mba :)
Hapusthanks ya infonya !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id
sama-sama.. mksh
Hapusasek, gunung Galunggung. penasaran sama kawahnya,.. ajib...
BalasHapussalam lestari...
salam lestari juga kang..mksh sudah berkunjung. :)
Hapuswah bilang2 dong klo mau ke galunggung, tau gtu kan aku bisa jd tour guide ny hha.. #Ngarep
BalasHapuscicaheum-tasik = Rp. 35.000,00 via bus budiman n busnya pun muantap hho..
mksh. :)
Hapuswah asik tuh gan, touring rame-rame...
BalasHapushiking rame-rame tapatnya. :)
HapusMau tanya donk ,, untuk perizinan camp digaLunggung gimana ? apa harus booking dLu ?
BalasHapusijinnya sama penjaga aja di depan gerbang & ga harus booking dulu, tinggal datang langsung.
BalasHapusoke terima kasih ,,
Hapusyang saya baca diatas, apa warungnya yang di dekat kawah layak untuk di jadikan penginapan. rencananya saya mau kesana weekend ini. cuma masih bingung sama penginapannya. Punya solusi? tolong info, thanks
BalasHapuskalo untuk menginap tanpa tenda sebaiknya, menginap di penginapan. kalo di warung sepertinya ga boleh
HapusMin , boleh minta kontak nya Pak Yudi, tour guide di Kampung Naga ?
BalasHapuskontaknya sudah ilang
Hapus