Selasa, 14 Juni 2016

Catatan Ngobrol Sore, Pustrop Wanadri : Literasi Untuk Negeri, 28 Mei 2016




Penulis / Notulensi : Dini Rusmiati (‘secawanpelitalangit’)

Kegiatan rutin bulanan Ngobrol sore dari Pusataka Tropis Wanadri kali ini dibuat berbeda dengan mendatangkan narasumber-narasumber dari bidang ahlinya dan sekaligus peluncuran sebuah buku perjalanan.  Terbagi ke dalam tiga sesi panel yang saling berhubungan dengan tema besar yaitu tentang “Literasi Untuk Negeri” yang dibuka dengan sesi 1 yang di moderatori oleh Adis “Mimba”, pengenalan dari Komunitas Pecandu Buku dan 1000Jendela.


Diwakili oleh anggotanya yaitu Yuli & Tessa menjelaskan mengenai Komunitas Pecandu Buku yang awalnya digagas dari Fiersa Besari (musisi) dan Aulia Angesti pada 18 Juli 2015 dengan tujuan untuk menyebarkan virus membaca pada anak muda. Saat ini PB memiliki anggota yang tersebar di Bandung dan beberapa kota lain bahkan di luar negeri seperti Taiwan.  Untuk keanggotaan PB memiliki 2 jalur yaitu dengan jalur donatur dengan menyumbangkan buku untuk perpustakaan PB yang bisa dipinjam dan dengan jaur pengulas yaitu memberikan ulasan dari buku yang nantinya akan disaring untuk kemudian di publish di official Instagram PB. PB bertempat di Buah batu tepatnya di Ruangan Imajinasi yang sekaligus menjadi base camp untuk perpustakaan, tembat sharing kegiatan bahkan diskusi.








Selama 1 tahun ini PB rutin melaksanakan kegiatan yang dinamai “ Pecandu Buku Bersila” yang merupakan kegiatan turun ke lapangan dengan buka lapak baca dalam rangka mengajak anak muda untuk mulai lagi membaca buku, kegiatan ini sudah dilaksanakan 5 kali  sebagai kegiatan bulanan. Dari kegiatan Pecandu Buku Bersila dihasilkan beberapa karya seperti buku Surat Untuk Februari yang berisi puisi terpilih dari sayembara yang diselenggarakan dan ada juga seminar jurnalistik untuk pelatihan kepenulisan. Selain itu, dalam keanggotaan intern sendiri sering diadakan sharing session dengan mengulas sebuah buku atau membahas topik yang sedang hangat dibicarakan publik, dan yang terakhir diadakan kegiatan di alam (outdoor) yang membahas tentang korelasi antara buku yang juga berdampak pada lingkungan. Perlu diketahui sebenarnya minat baca buku pada anak muda itu bukan menghilang melainkan mulai bergeser dengan kegiatan membaca time line, portal online, stalking social media dll. Oleh karena itu Pecandu Buku hadir sebagai angin segar yang memfasilitasi sekaligus mengajak anak-anak muda mulai beralih kembali untuk membaca buku.

Pertanyaan yang muncul kenapa harus baca buku toh di portal online juga kita bisa baca juga kan?

Yuli & Tessa menuturkan “Di dalam buku memiliki 3 hal penting yang tidak bisa di dapat dari membaca portal online atau semacamnya, terdapat Ejaan Bahasa Indonesia, memiliki struktur kepenulisan dan perbendaharaan kata yang kaya. Sebuah buku yang dicetak akan mengalami proses editing maka ketiga hal tersebut sudah pasti ada dalam buku, lain halnya dengan portal online atau social media yang kebanyakan merupakan pendapat atau opini yang subjektif tanpa memperhatikan 3 hal yang disebutkan sebelumnya.”

Tips dan trik yang dibagikan untuk mulai membaca dan menenkuninya diantaranya:

1.      Hilangkan mainset kalau membaca kegiatan orang culun karena bisa dikatakan kalo orang yang suka membaca itu “ The New Sexy
2.      Buatlah quote atau kutipan dari buku yang tentu disebutkan nama pengarangnya sehingga menarik perhatian, secara tidak langsung untuk memperkayanya kamu akan membaca buku bukan..
3.      Banyak-banyaklah meulis karena “menulis sudah pasti membaca tapi membaca belum tentu menulis

***


Masih di sesi yang sama dilanjutkan oleh Kak Roroanindya dan Kak Melati yang merupakan perwakilan dari 1000Jendela Regional Jawa Barat, apa itu 1000Jendela?

1000jendela merupakan sebuah inisiatif dari pendidik muda bernama Ria Ilham yang memiliki impian untuk menggali minat baca anak-anak pribumi di sekitar daerah Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Sekilas tentang Kolaka ini merupakan derah pesisir yang merupakan satu-satunya akses utama menuju Kota Kediri yang saat ini sudah menjadi kota berkembang, beda jauh dengan Kolaka yang secara ekonomi masih dibawah rata-rata penghasilan masyarakat kota, umumnya masyarakat bekerja menjadi nelayan dan selebihnya menjadi buruh lepas atau pedagang asongan. Keadaan tersebut menjadikan sektor pendidikan bagi putra – putri daerah terabaikan karena menurut mereka tanpa sekolah pun jika sudah bisa menghasilkan uang itu sudah lebih dari cukup, ya melihat kenyataan bahwa penghasilan menjadi nelayan saat ini di Indonesia merupakan penghasilan terendah dibanding kota-kota di negara lain menjadikan seuah problematika yang mendasar juga kenapa masyarakat Kolaka masih banyak yang tidak mengenyam pendidikan apalagi anak-anak. Untuk itu Ria Ilham bersama 1 rekannya yang lain mewujudkan inisiatif untuk membuka lapak baca yang rutin dilakukan 1 kali/pekan di Kolaka, lokasi peroustakaan 1000Jendela ini sampai saat ini masih berada di Pelataran Mesjid Agung Khaerah Ummah Kolaka, Sulawesi Tenggara. 1000Jendela kini sudah berjalan selama 3 bulan dari awal mulai Maret 2016 – sekarang, masih dikategorikan baru namun sudah memiliki beberapa regional yang mungkin selanjutnya masih akan bertambah lagi diantaranya:

1.      1000Jendela Regional Jawa Barat, dikhususkan menyalurkan buku-buku hasil donasi untuk daerah Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara
2.      1000Jendela Regional Jawa Timur, dikhususkan untuk menyalurkan buku-buku hasil donasi untuk daerah Kabuaten Tretes dan Nulelo di kaki gunung Merbabu.
3.      1000Jendela Regional Jawa Tengah, dikhususkan untuk menyalurkan buku-buku hasil donasi untuk daerah Cirebon.

1000Jendela akan menyalurkan buku-buku baru/bekas layak baca untuk anak-anak, alat-tulis (buku tulis, pupen, pensil, rak buku, papan berjalan dll) yag sebelumnya akan di sortir terlebih dahulu karena tidak semua buku layak baca untuk anak-anak, tapi hasil donasi buku yang tidak sesuai konten ini tidak akan dibuang melainkan akan disaurkan ke regional lain yang membutuhkan. Hanya saja kami menyarankan untuk buku-buku pelajaran. Selain itu karena masih baru tentu kami sangat menerima ide-ide atau gagasan baru yang akan membatu pergerakan kami atau mungkin yang tahu daerah di sekitarnya yang sangat memerlukan perhatian dari segi pendidikan sudah pasti akan kami perhatikan dengan melakukan survey terlebih dahulu.

Kak Roroanindya menuturkan sebenarnya selama ini masih ada kendala yang dihadapi seperti kendala dari sarana prasarana yang masih berada si Pelataran Mesjid jadi buku-buku yang ada belum bisa disimpan di rak buku dan dari pihak pengurus mesjid pun tidak mau memfasilitasi, antusiasme pemuda-pemuda (mahasiswa) di sekitaran daerah Kolaka masih sangat kuran dan tidak peduli dengan kondisi ini masih banyak lagi sebenarnya..

Selain itu dalam gelaran yang akan kami buat yaitu “ PESTA BUKU ANAK INDONESIA-buku untuk anak Indonesia” juga merupakan bagian dari 1000Jendela untuk memfasilitasi teman-teman yang mau berdonasi buku bagi adik-adik di Kolaka atau daerah lainnya.

Adapun contak person 1000Jendela yang bisa dihubungi:

Email                                       : pestabukuanakindonesia@gmail.com (ide atau gagasan)
Phone                                      : 085624898814 (donasi)
Fb                                            : Anarki reg Jabar (PESTA BUKU ANAK INDONESIA)
Dropbox Donasi Buku            : Pustaka Tropis Wanadri, jalan Batik Jonas No.11

*** 

Sesi ke-2 dilanjutkan dengan panel 3 Narasumber dari penerbit – penerbit buku diantaranya dari Epigraf, Mizan dan Kompas. Unu Mihardja yang menjadi moderator kali ini mengawali sesi dengan pemaparan dari Bapak Danil Mahendra yang merupakan sorang penulis sekaligus pemilik dari penerbitan Epigraf (indie publishing).

Secara singkat diterangkan bahwa Epigraf merupakan penerbitan indie yang dibangunnya di 2016 yang kemudian mulai menerima naskah dan menerbitka bebrapa buku. Epigraf hadir sebagai wadah bagi para penulis yang memiliki kelayakan naskah namun dalam hal penerbitannya mulai dari editing, print out, marketing dan publishing nya di tangani sendiri serta dari keterbatasan budget yang seringkali juga dihadapi dengan menyiasati sistem Print On Demand (POD) sesuai permintaan tetap dapat di cetak.

Dilanjutkan oleh Bapak Dudung yang sampai 16 tahun menjadi Editor senior dari penerbitan Mizan, Mizan merupakan penerbitan yang banyak mengeluarkan buku-buku nonfiksi dan pendidikan. Secara garis besar beliau memaparkan tentang proses penerbitan dan penjaringan naskah yang saat ini menjadi kesulitan bagi para penulis dalam menghadapi penerbit-penerbit mayor. Hal ini terjadi karena penerbit mayor seperti Mizan merupakan penerbit yang pro pasar artinya naskah-naskah yang akan diterima suda pasti secara kriteria melihat dari permintaan pasar.

Bagaimanakah menjaring naskah?
Dari beberapa naskah yang diterima seperti berikut:
1.      Laskar Pelangi”              : naskah dikirim lewat pos ke rekanan penerbitan Mizan di Yogyakarta, judulnya saat itu masih  “komedi putar” setelah diterima beberapa naskahnya diberi masukan sehingga Andrea Hirata penulisnya ini mengganti judulnya dengan Laskar Pelangi karena yang diambil dari sekumpulan anak di Gantong.
2.      Djalaludin Lukman           : penerbit jemput bola mendatangi penulis
3.      Mengumpulkan tulisan-tulisan di kolom penulis, misalkan kolom Amin Rais di kompas.
4.      Dunia Sophie”                 :Berburu buku di publisher weekly
5.      Mengunjungi pameran buku internasional
6.      Bekerja sama dengan agen naskah
7.      Dijaring dari workshop kepenulisan atau lomba seperti “Antitesa”
8.      Orang yang punya ide, followersnya banyak, mempunyai fans yang banyak biasanya jarang yang bisa menulis tapi dari segi pasar bisa dijadikan bahan naskah, bisa menggunakan jasa ghost writter.
Adapula perilaku buku laku di Mizan:
1.      “Osama bin Laden melawan Amerika” : dicetak 150 eksemplar tipe buku biasa tapi yang menjadikannya booming adalah peristiwa 11 september.
2.      “Udah putus aja!” Felix Y.Siauw             : dicetak 120 eksemplar tipe buku bagus, desain ide bagus, penulisnya punya followers banyak
3.      “Dilan 1 dan Dilan 2” Pidi Baiq   : dicetak berulang-ulang, tipe uku bagus, gaya penulisan yang berbeda, punya followers banyak dan punya komunitas
Kriteria buku bagus dari penuturan Bapak Dudung diantaranya:
a.       Judul, subjudul, sinopsis, terstimoni, desain cover eye catching
b.      Desain isi menarik
c.       Teks diolah, tidak asal, font diperkirakan, berwarna
Menurut Dr. (HC) Adjat Sakri (ITB)
Sebuah naskah harus memiliki:
-          Keterdasan            : keterbahasaan dari segi bahasa
-          Kejelahan : kejelasan dari segi typografi
-          Dll

Sekaitan dengan yang dipaparkan editor Mizan, Bapak Yunus (koordinator redaksi Kompas Gramedia) menjelaskan lebih detil dan mendalam tentang penerbitan. Diawali dengan sedikit menjelaskan bahwa Kompas Gramedia  salah satu dri 8 perusahaan bagian dari Gramedia. Langsung  ke pembahasan yang utama fenomena yang terjadi di Indonesia 3 terbesar pangsa pasar buku ada pada gendre Novel, Agama dan buku sekolah, dibawahnya pada buku humaniora, sejarah, serta biografi yang meruupakan ruang lingkup dari Kompas Gramedia.

Beberapa ragam buku umumnya:
1.      Ragam Ensiklopedis :
-          Titik berat pada informasi faktual
-          Geospasial
-          Statistik dll
Misalnya buku traveling “Aceh”, “Morowali” dll
2.      Ragam Jurnalistik :
-          A-z, artinya di runut dari awal hingga akhir lengkap (waktu, biaya, & istilah dll)
-          Karakteristiknya seperti laporan ensiklopedi
Misalnya buku ekspedisi
3.      Ragam cerita foto             :
-          Memuat momen yang penting
-          Mampu bercerita dan dikenali isi fotonya
Misalnya buku potret Darwis Triadi dan Arain Rambey
4.      Ragam Jurnal Perjalanan   :
-          Pengamatan sangat dalam
-          Data yang dihadirkan valid
Misalnya buku “Malay Archipelago” 1869-sekarang

Buku yang diulas dan sampai saat ini masih menarik perhatian pasar diantaranya:
1.      “Malay Archipelago” dibuat naskahnya dari perjalanan penulisnya tahun 1854 dan baru dibuat catatannya sampai di cetak di tahun 1869
2.      “A Magic Gecko” dibuat berdasarkan pengalaman seorang Jerman yang melakukan perjalanan tugas dari Sabang sampai Merauke selama 18 tahun baru ditulis pasca tugasnya di Indonesia selesai
3.      “Ekspedisi Phinisi Nusantara” ditulis 1986 oleh Plus Caro yang ikut dalam ekspedisi mengarungi samudera selama 69 hari dan baru diterbitkan tahun 2012.

Dari buku-buku tersebut membuktikan bahwa penulisan naskah tidak perlu terburu-buru, sebuah buku pun perlu pendalaman yang eksplisit agar memiliki isi yang kaya dan valid sesuai degan kenyataanya sehingga akan menarik dan layak untuk dibaca. Maka mulailah menulis dengan beberapa langkah berikut:
-          Catat hal-hal kecil tentang semua dinamika yang terjadi :interpersonal, intratim: interaksi, konflik, solusi, resolusi.
-          Buat catatan harian : perencanaan, persiapan, pelaksanaan, hambatan hingga penyeleseiannya
-          Simpan semua dokumen dn laporan statistik : bon pembelian, daftar peralatan, jadwal keberangkatan, waktu, harga tiket dll
-          Ambil foto disetiap momen untuk melengkapi naskah
-          Catat momen dalam foto lalu arsipkan

Pesan yang disampaikan oleh Bapak Yunus:
“Buku Adalah Mahkota Anda, Apakah Anda Wartawan, Ilmuwan, Profesioanal Bahkan Petualang Sekalipun, Jangan Pernah Kerjakan Terburu-Buru Lakukan Dengan Hasrat Dan Cinta”

***



Di sesi ke 3 yang merupakan panel utama yaitu lauching buku “TROUBADUR & AVONTURIR” yang ditulis oleh Jalu Kancana bersama Kidung Saudjana, kemudian penjelasan mengenai “Riset Kepenulisan Sebuh buku” oleh Bapak Hermawan. Beliu merupakan penulis dari puluhan buku dengan isi yang sangat kaya artinya memuat isi data-data dari hasil riset.  Masih berhubungan dengan pembahasan di sesi ke-2 juga sebuah buku yang dihasilkan tentu memerlukan data yang dimuat caranya yaitu dengan melakukan riset. Dalam buku “Dyah Ptaloka” yang ditulis oleh beliau ini merupakan buku yang memerlukan riset cukup lama mulai dari pelusuran studi literasi ke perpustakaan, ke museum Sribaduga, riset wawancara terhadap dosen ITB yang melakukan survei tentang sebuah kota bernama “trowulan” didalamnya memiiki kanak-kanal. Dari riset yang dilakukan tersebut Bapak Hermawan memerlukan waktu 1 bulan lebih dan kepenulisannya 1 bulan.
Kenapa Sebuah buku memerlukan riset?


Dalam penjelasannya menambahkan bahwa riset sangat diperlukan untuk buku non-fiksi, selain untuk memperkaya isi juga untuk memberikan informasi yang akurat terhadap timbal balik nya bagi pembaca.

Pada launching buku “TROUBADOUR & AVONTURIR” Jalu Kancana dan Kidung Saudjana memaparkan tentang isi dari buku ini. Troubadur diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia yaitu ‘penyair yang melakukan perjalanan, asal katanya Taraba yang berarti ‘musik atau lagu’, sedangkan Avonturir berasal dari Bahasa Belanda yang berarti petualang yang juga melakukan perjalanan. Kedua istilah ini menggambarkan kedua karakter dari penulis yang bertualang dengan caranya masing-masing. Desain cover dibuat dari hasil lukisan pensil  karya sahabat penulis yaitu Wandi yang merupakan seniman muda. Buku ini berisikan puisi-puisi yang ditulis selama penulis melakukan perjalanan Jalu Kancana (perjalanan dari 2010)  dan Kidung Saudjana (perjalanan 771 km) didalamnya memuat benang merah dari emosi yang meluap-luap tentang kerinduan terhadap orang terkasih (ibu dan bapak), penyesalan yang mendalam, kekesalan, perenungan dan kekaguman.


Kidung Saudjana menuturkan “Awal dari pembukuan puisi-puisi ini adalah obrolan di sebuah kedai kopi ajakan dari sahabat yaitu Jalu Kancana untuk bersama mengumpulkan hasil dari tulisan selama perjalanan tapi tidak untuk mengambil keuntungan“. Ditambahkan Jalu Kancana, kami tidak ingin terkenal dari buku yang kami tulis tapi kami ingin berkarya  dan memberikan kebanggan untuk diri kami pribadi. Maka dari itu kami sepakat memilih penerbit indi yaitu Epigraf untuk mempertahankan idealisme penulis, mulai pengeditan, pencetakan, penjualan dan pemasaran kami lakukan sendiri. Kategori dari buku ini bukan buku sastra melainkan buku sastrawi artinya  buku yang dibuat dengan sari-sari sastra.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, menyanggah, bertanya ataupun ingin berkorespondensi.



Terima kasih

ANDA PENGUNJUNG KE-

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...